Product ...
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from sartono_icmi. Make your own badge here.

Massage


Free chat widget @ ShoutMix

Other things ...

<$BlogDateHeaderDate$>
Taman Kota di Era Keemasan Islam
Sumber Republika Senin, 07 April 2008

Taman Kota di Era Keemasan Islam

Sejak abad pertama hijrah, masyarakat Islam sudah mulai menghadirkan taman dan kebun di lingkungannya.

Semrawut dan kumuh. Itulah gambaran suasana sebagian besar perkotaan yang dihuni masyarakat Muslim, saat ini. Tak heran, jika masyarakat Muslim kerap dikritik lantaran kurang begitu peduli terhadap alam dan lingkungan. Suasana perkotaan masyarakat Muslim masa kini ternyata sungguh kontras bila dibandingkan 10 abad silam.


Ketika masa kekhalifahan dan era keemasannya, pemandangan kota-kota Islam begitu mencengangkan. Begitu indah, tertib dan nyaman. Suasana kota-kota Islam di masa kejayaan, tak bisa dibandingkan dengan kota-kota di Eropa masa kini, sekalipun. ‘’Kota-kota Eropa saat ini tak menawarkan cita rasa yang lebih,’’ papar John William Draper dalam History of the Conflict Between Religion and Science.

Menurut Draper, pada abad ke abad ke-10 M, jalan-jalan di kota masyarakat Muslim Cordoba begitu halus dan mulus serta bertabur cahaya pada malam hari. Rumah-rumah penduduknya pun begitu indah berhiaskan lukisan dinding dan permadani. Rumahrumah penduduk Muslim di zaman itu terasa hangat di musim dingin, karena sudah dilengkapi dengan tungku perapian.

Bila musim panas menjelang, suasana rumah terasa sejuk dengan aroma wewangian yang berasal dari kebun bunga yang dihubungkan melalui pipa bawah tanah. Kontras dengan Barat yang saat itu dikepung kekumuhan, kota-kota Islam dilengkapi dengan beragam fasilitas publik yang lengkap dan di rumahrumah masyarakatnya juga memiliki kamar mandi, perpustakaan, ruang makan, serta air mancur.

‘’Seluruh kota dan negeri Muslim di Spanyol penuh dengan keramah-tamahan,’’ papar Draper. Kekaguman dan kesan yang sama terhadap kota-kota Muslim di era keemasan juga dilontarkan David Talbot Rice dalam Islamic Art, Thames and Hudson. ‘’Pada era supremasi Samara (836 M - 883 M), masyarakat Muslim begitu konsen pada seni. Salah satu yang paling cerdas dan sejarah Islam,’’ ungkap Rice memuji. Bangunan rumah, masjid, istana dan taman pada masa itu berdiri dengan megah dan indah.

‘’Masyarakat Muslim Arab suka sekali menghiasi lingkungannya,’’ imbuh Gustave Le Bon dalam La Civilisation des Arabes. Menurut Le Bon, karakteristik seni masyarakat Muslim Arab di era keemasan begitu imajinatif, cerdas, megah dan rimbun dalam dekorasi. Selain itu, detail-detailnya begitu fantastis. Hal itu bisa dilihat dari taman-taman yang dibangun pada masa itu.

Saat era kejayaan Islam, Malaga - kota pelabuhan di Andalusia, Spanyol - tampak mempesona jika dilihat dari berbagai penjuru, sekalipun. Dari Velez hingga Fuengirola yang berjarak lebih dari 40 mil (64,36 km), pantai Malaga menampakkan perkebunan daun ara yang tak terputus. Begitu indah dan mempesona.

Peradaban Islam di era keemasan memang sangat memberi perhatian yang besar pada tumbuhtumbuhan. Tak heran, jika Felipe Fern†ndez-Armesto, seorang guru besar sejarah global environmental dari University of London mengatakan, peradaban Islam di abad kejayaan begitu memperhatikan kehadiran taman. ‘’Pada dasarnya taman atau kebun merupakan suatu seni yang mulia,’’ papar Armesto.

Bukan tanpa alasan, jika masyarakat dan penguasa Muslim di era kejayaan begitu suka menghadirkan taman dan kebun di sekeliling lingkungan dan rumah. ‘’Pastilah ada alasan yang jelas yang melandasi keberadaan taman yang tersebar di mana-mana sebagai salah satu bentuk seni dalam dunia Muslim,’’ papar R Ettinghausen dalam Introduction, in The Islamic Garden.

Salah satu alasan hadirnya taman dalam peradaban Islam adalah janji adanya surga di hari akhir. Allah SWT kerap mengungkapkan dan menggambarkan surga dalam Alquran dengan taman. ‘’Sesungguhnya orangorang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air.’’ (QS Adz Dzaariyaat:15).

Firman Allah SWT dalam surat Al Waaqi’ah (hari kiamat) ayat 27-34 juga menggambarkan surga sebagai sebuah taman dan kebun yang indah, rindang, dan berbuah lebat. Deskripsi surga bak taman dan kebun itu memainkan peranan yang penting dalam kosmografi dan keyakinan keagamaan umat Muslim.

Sejak abad pertama hijrah, masyarakat Islam sudah mulai menghadirkan taman dan kebun di lingkungannya. Kehadiran taman terus menyebar dan meluas di dunia Islam mulai dari Spanyol hingga India. Menurut MW Dols dalam Herbs, Middle Eastern; Dictionary of Middle Ages, salah satu contoh taman Islami ada di Istana Singa kompleks Masjid Alhambra.

AM Watson dalam tulisannya Agricultural Innovation in the Early Islamic World mengungkapkan betapa banyaknya taman dan kebun yang dibangun di kotakota Islam pada masa keemasannya. Ia mencontohkan, di Fustat - kota tua Kairo pada era Tulunid terdapat ribuan taman pribadi.

Orang-orang di kota itu memiliki cita rasa dan selera yang tinggi terhadap taman dan kebun. Penjelajah dari Persia, Nasir-i Khusraw menjadi saksi betapa saat itu, di kota Fustat, muncul taman dan kebun buah-buahan seperti jeruk, pisang, beragam bunga, dan tanaman yang wangi. Taman dan kebun itu diairi oleh mesin irigasi.

Taman dan kebun juga bertebaran di Basra, Irak. Di Irak saat itu terdapat 40 ribu kebun buahbuahan. Malah di Damaskus - pusat kekuasaan Dinasti Umayyah - terdapat 110 ribu kebun dan taman. Satu kebun di kota Samarra pada abad ke-9 M luasnya bisa mencapai 432 acre (196,5 ha).

Tak heran, jika dua duta besar Kerajaan Bizantium yang tiba di Baghdad awal abad ke-10 terpesona dengan indahnya taman dan kebun. Ettinghausen menambahkan, penduduk Turki juga begitu menggemari bunga-bunga yang cantik. Tak heran, jika di mana-mana tersebar taman. Pada abad ke-16, orang Turki sangat menyukai bunga.

Di kota-kota Muslim lainnya di Afrika Utara, pada era keemasan juga disemarakkan dengan kehadiran taman-taman. Tunisia, Aljazajair, Marrakech dihiasi taman dan kebun. Bahkan di Maroko, Sa’did Ahmad Al-Mansur secara khusus menghadirkan konsep taman Alhambra di istana Badi of Marrakech. Di Aljazair malah terdapat 20 ribu kebun dan taman. Begitulah kota-kota Islam era keemasan menampilkan pesonanya melalui kebun dan taman.

Pesona Taman Abbasiyah

Seni hortikultura pada era kekhalifahan Abbasiyah banyak dipengaruhi Assyria dan Persia. Namun, dalam seni taman atau kebun, Dinasti Abbasiyah memiliki kreasi baru tersendiri. Seni taman Abbasiyah memadukan beragam elemen ke dalam bentuk yang bersifat lebih Islami.

Menurut Prof Qasim Al-Samarrai dari Cambridge University, transformasi beragam elemen seni taman ke dalam bentuk yang Islami didukung oleh perpaduan kekuatan budaya Abbasiyah. Ketika Abbasiyah berkuasa, taman dan kebun begitu semarak menghias kota, lingkungan permukiman warga, dan istana.

Sepanjang era kekhalifahan itu, ada dua taman yang begitu ekslusif yakni taman di Baghdad dan Samarra - ibu kota kedua Dinasti Abbasiyah yanng berjarak 110 km dari Baghdad. Samarra dibangun Khalifah Al-Mu’tasim pada 835 M. Meski tak banyak literatur yang membahas desain arsitektur taman Abbasiyah, namun fakta menunjukkan taman di era itu begitu indah.

Bukti-bukti itu bisa dilihat di istana Samarra dan dan Baghdad. Khalifah Al-Mu’tadid meletakan fondasi istana raja di dekat Tigris. Setelah itu, dia membangun istana lainya, yakni istana Thurayya. Kedua istana itu makin memikat mempesona karena dihiasi dengan taman yang indah.

Seorang ahli geografi Al-Ya’qubi pada 889 M mencatat, Khalifah Al- Mu’tasim mengubah tanah-tanah kosong menjadi taman dan kebun bagi kelas atas, Di setiap taman dan kebun terdapat tempat peristirahan dan tempat untuk bermain pacuan kuda dan permainan polo. Pembangunan taman dan kebun yang hijau itu ditopng dengan pembangunan sarana irigasi yang sudah terbilang modern pada zamannya.

Perintis Kebun Raya

Umat Islam di era keemasan begitu menyukai dan menggemari tanaman. Tak heran, bila kemudian di kota-kota Muslim, kala itu, tersebar begitu banyak taman dan kebun. Menurut A Watson dalam Agricultural Innovation in the Early Islamic World, orang-orang Muslim-lah yang merintis dan pertama kali membangun kebun raya (botanical garden).

Kecintaan Muslim di era kejayaan terhadap tanaman baik bunga maupun pohon buah-buahan begitu tampak dari puisi-puisi zaman Abbasiyah. Rawdiya atau syair tentang taman menjadi salah satu tema puisi yang utama di abad ke-8 M hingga ke-10 M. Melalui puisi-puisi bertema taman, para penyair masa itu menggambarkan betapa sejuk dan teduhnya kota waktu itu.

Selain itu, para penyair melalui puisi dan syairnya juga melukiskan semerbak aroma wangi bunga dan gemericik irama air yang mengalir di taman dan kebun.

Genre sajak dan syair bertema taman dan kebun, papar Watson, pada abad ke- 11 M mulai digandrungi umat Muslim di Andalusia, Spanyol. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Muslim di era itu begitu menyukai taman dan kebun.

Para pemimpin dan masyakarat Muslim di era kejayaan menjadikan taman dan kebun sebagai karya seni yang monumental. Dari ratusan ribu taman, Watson mencatat, di era kekhalifahan terdapat beberapa taman atau kebun yang begitu spektakuler. Taman yang begitu indah dan mempesona itu, tutur Watson, antara lain; taman Al-Mu’tasam di Samarra; taman istana Amir Aghlabid di Tunisia,

Selain itu, taman era keemasaan Islam yang begitu elok dan memikat adalah Taman Hafsid di Tunisia. Hafsid merupakan penguasa dari Dinasti Fatimiyah, Mesir. Watson juga mengungkapkan, taman di istana raja yang berada di Fez dan Marakesh, Maroko juga begitu bagus.

Sedangkan, kebun raya yang paling menakjubkan di era itu adalah kebun raya Abd Al-Rahman - amir pertama Dinasti Umayyah di Spanyol. Tak cuma itu, masyarakat dunia Muslim era keemasan juga memiliki taman Huertal del Rey di Toledo, taman raja Taifa Spanyol, taman il-Khans dan Timurid di Tabriz, serta taman Mahmud Ghazna di Balkh.

Salah satu penguasa Muslim yang menaruh perhatian besar terhadap taman dan kebun adalah Khumarawaih. Dia adalah seorang penguasa Tulunid di Mesir pada akhir abad ke-9 M yang membangun sebuah taman istana dengan gaya Persia. Menurut Al-Maqrizi, yang membuat taman istana yang dibangun Khumarawaih menjadi istimewa adalah koleksi tanaman palemnya.

Penguasa era keemasan yang juga begitu cinta pada bunga-bungan adan aneka tanaman adalah Abd Al-Rahman - Amir pertama Dinasti Umayyah di Spanyol. Di tamannya terdapat koleksi tanaman-tanaman langka yang berasal dari berbagai belahan dunia. Untuk mendapatkan tanaman dan bunga-bunga yang langka, dia mengirimkan agennya ke Syiria dan wilayah timur untuk memperoleh benih dan tanaman baru. Tak heran, jika pada abad ke-10 M, taman Istana Cordoba sudah tampak seperti kebun raya.
( heri ruslan )



Read more!-Read more
Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam
Sumber Republika selasa, 08 April 2008

Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam

Pada era Khalifah Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang pesat. Sedangkan, pada jaman Salahudin, ada buku manual militer karya Al-Tharsusi (570 H/1174 M) yang membahas keberhasilan menaklukan Yerussalem.



Semenjak awal Islam memang menaruh perhatian khusus mengenai soal perang. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah meminta agar para anak lelaki diajari berenang, gulat, dan berkuda. Berbagai kisah peperangan seperti legenda Daud dan Goliath juga dikisahkan dengan apik dalam Alquran. Bahkan, ada satu surat di Alquran yang berkisah tentang `heroisme' kuda-kuda yang berlari kencang dalam kecamuk peperangan.

''Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. Maka, ia menerbangkan debu dan menyerbu ke tengah kumpulan musuh.'' (Alquran, surat Al 'Adiyat 1-4). Kaum muslim sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya mengenai soal perang dan ilmu militer. Berbagai jenis buku mengenai 'jihad' dan pengenalan terhadap seluk beluk kuda, panahan, dan taktik militer. Salah satu buku yang terkenal dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Catologue yang merupakan karya Ibnu Al-Nadim (wafat antara 380 h - 338 H/990-998 M).

Dalam karya itu, Al-Nadim menulis berbagai kategori mengenai cara menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan, tentang berperang, dan menggunakan alat-alat persenjataan yang saat itu telah dipakai oleh semua bangsa. Karya semacam ini pun kemudian banyak muncul dan disusun pada masa Khalifah Abbasiyah, misalnya oleh Khalifah al-Manshur dan al-Ma'mun.

Bahkan, pada periode kekuasaan Khalifah Al -Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang sangat pesat. Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu. Pembahasan sering dibahas adalah mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol.

Pada zaman Salahudin, ada sebuah buku manual militer yang disusun oleh Al Tharsusi, sekitar tahun 570 H/1174 M. Buku ini membahas mengenai keberhasilan Salahudin di dalam memenangkan perang melawan bala tentara salib dan menaklukan Yerusalem. Buku ini ditulis dengan bahasa Arab, meski sang penulisnya orang Armenia. Manual yang ditulisnya selain berisi tentang penggunaan panah, juga membahas mengenai 'mesin-mesin perang' saat itu, seperti mangonel (pelempar batu), alat pendobrak, menara-menara pengintai, penempatan pasukan di medan perang, dan cara membuat baju besi. Buku ini semakin berharga karena dilengkapi dengan keterangan praktis bagaimana senjata itu digunakan.

Buku lain yang membahas mengenai militer adalah karya yang ditulis oleh Ali ibnu Abi Bakar Al Harawi (wafat 611 H/1214 M). Buku ini membahas secara detil mengenai soal taktik perang, organisasi militer, tata cara pengepungan, dan formasi tempur. Kalangan ahli militer di Barat menyebut buku ini sebagai sebuah penelitian yang lengkap tentang pasukan muslim di medan tempur dan dalam pengepungan.

Pada lingkungan militer Kekhalifahan Mamluk menghasilkan banyak karya tentang militer, khususnya keahlian menunggang kuda atau fuusiyyah. Dalam buku ini dibahas mengenai bagaimana cara seorang calon satria melatih diri dan kuda untuk berperang, cara menggunakan senjatanya, dan bagaimana mengatur pasukan berkuda atau kavaleri.

Contoh buku yang lain adalah karya Al Aqsara'i (wafat74 H/1348 M) yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi An End to Questioning and Desiring (Further Knowledge) Concering the Science of Horsemenship. Buku ini lebih komplet karena tidak hanya membahas soal kuda, pasukan, dan senjata, namun sudah membahas mengenai doktrin dan pembahasan pembagaian rampasan perang.

Al Aqsara'i menulis dalam buku itu menyatakan bahwa ia memaparkaN sejumlah pengetahuan menyangkut seni militer yang berasal dari zamannya sendiri, misalnya bagaimana menggambarkan sebuah model yang berkualitas dari sosok prajurit kaveleri yang ulung. Sebagai pelengkapnya, Aqsara'i di dalam buku ini juga menambahkan karya Tacticus Aelian, sebagai karya yang ditulis di Yunani saat kaisar Romawi Hadrian berkuasa, sekitar tahun 106 M.

Sedangkan karya ilmu militer yang dibuat praktis sebagai panduan untuk para pemimpin negara ketika hendak membuat kebijakan mengenai perang, di antaranya adalah karya Nizham Al Mulk (wafat 485 M / 1099 M). Dia menulis karya ini sebagai persembahan bagi Sultan Saljuk: Malikiyah. Di dalamnya terdapat bab-bab mengenai soal mata-mata, kurir, komposisi etnik dalam pasukan, sandera, persiapan senjata, dan peralatan untuk berperang. Buku lain yang tak kalah penting adalah Wisdom of Royal Glory (Kebijakan dari Kemegahan yang Agung), karya Yusuf Khashsh Hajib. Buku ini ditulis pada 1069 M di Kashgar, Asia Tengah, di bawah Dinasti Karakhany.

Karya ini adalah monumen literature Islam tertua yang masih ada dalam bahasa Turki serta termasuk dalam genre litelatur istana karena mengajarkan cara memerintah kepada penguasa. Isi buku ini cukup lengkap membahas persoalan militer. Bukan hanya membahas soal pelatihan dan sejata saja, namun litelatur ini menyediakan pembahasan mengani penyediaan sumber daya manusia bagi pembentukan bala tentara yang tangguh.

Tentara Bayaran Kekhalifahan Fatimiyah

Dari sekian banyak variasi dan bentuk ilmu militer peninggalan peradaban Islam, salah satunya adalah munculnya fenomena tentara bayaran sebagai penopang utama sebuah pemerintahan. Hal ini terjadi pada Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.

Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung hampir dua abad lamanya, antara tahun 909 M hingga 1171 M. Nama Fatimiyah yang mereka pakai adalah sebagai 'klaim' bahwa penguasa dinasti ini adalah masih keturunan Nabi Muhammad Saw dari garis puterinya: Fatimah.

Mereka terpaksa memakai tentara bayaran karena dinasti yang memusatkan pemerintahannya di Mesir ini adalah penganut Syiah Ismailiyah. Padahal waktu itu pengikut syiah adalah kelompok minoritas di Kota itu. Penduduk Mesir sebagian besar menganut Islam suni.

Jadi, tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah dipakai sebagai jalan keluar untuk melanggengkan kekuasaan karena warga Mesir memang tidak suka kepadanya. Selain itu, legiun ini juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai pemberontakan.

Lalu dari mananakah anggota tentara bayaran itu berasal? Ada dua kelompok besar tentara bayaran milik Kekhalifahan Fatimiyah. Pertama, adalah resimen kulit hitam atau Zawila. Anggota legiun tentara ini direkrut dengan cara membeli dari pasar budak yang pada saat itu banyak bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad.

Kelompok tentara bayaran kedua adalah divisi yang anggotanya berasal dari Eropa Sakalaba atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Bangsa Slav. Bangsa ini memang saat itu bernasib sangat malang. Sebagai bangsa termiskin di Eropa Timur, mereka akhirnya harus menjadi budak untuk bertahan hidup.

Bahkan, kata slav, yang berarti budak, awalnya merujuk kepada nama bangsa ini. Para penguasa Fatimiyah mendapatkan tenaga militer bangsa Slav dengan cara membeli dari pasar budak yang berada di sekitar wilayah Italia.

Sebagi tentara bayaran kemampuan bertempur mereka jelas tak perlu diragukan lagi. Baik bangsa Slav maupun Zawila sudah lama dikenal sebagai bangsa yang jago bertempur. Kekuasaan Fatimiyah ini kemudian memanfaatkan kemampuan tempurnya untuk menaklukan berbagai wilayah, seperti Sisilia (948 M), Mesir (969 M), dan SijilmasaT, serta Fez pada tahun 978 M.

Merekamenyerbu tempat itu dengan dukungan kekuatan pasukan bayaran yang jumlahnya cukup besar, yakni mencapai 50 ribu hingga 100 ribu orang.

Namun, selain punya kemampuan tempur yang mumpuni, ternyata beberapa orang diantara para legiun bayaran itu ternyata banyak mempunyai kemampuan berpikir yang cukup memadai. Salah seorang diantaranya adalah Jauhar. Dia adalah mantan budak Romawi keturunan Yunani Sisilia.

Ketika menaklukan Mesir, seorang Khalifah Fatimiyah, memerintahkan Jauhar (orang barat memanggilnya Jawhar) membangun kota baru, yang diberi nama Kairo (kini ibukota Mesir modern). Batu pertama pembangunan kota itu diletakan sendiri oleh Jauhar.

Sedangkan, sebagai puncak restasi dari legiun bayaran ini adalah ketika mereka berhasil menguasai pusat Dinasti Abbbasiyah, yakni kota Baghdad pada tahun 1058 M. Salah satu hasil rampasan perang yang sempat didapatkan sebagai tanda takluk dari penguasa Baghdad saat itu adalah sebuah jubah peninggalan Nabi Muhammad SAW.

Kemampuan tempur yang tinggi dari bangsa Slav itu masih bisa dijejaki hingga 900 tahun kemudian. Pada Perang Dunia I dan II, banyak bangsa Slav banyak terlibat dalam perang paling berdarah itu. Tapi berbeda tujuannya dengan dahulu, kini mereka ikut berperang bukan untuk mendapatkan bayaran semata. Mereka terlibat dalam pertempuran dengan tujuan meraih kemerdekaan.

Jejak Jauhar di Al-Azhar

Siapa pun tak menyangka bila hasil karya mantan budak yang kemudian menjadi Panglima Besar Dinasti Fatimiyah, Jauhar As-Shaqaly, abadi hingga kini. Salah satunya adalah sebuah perguruan tinggi Islam terbesar di dunia yang ada di Kaior, yakni Al-Azhar.

Jauhar membangun perguruan ini pada berawal dari sebuah masjid yang bernama Al-Azhar yang dibangun oleh Jauhar As-Shaqaly (Panglima Besar Dinasti Fathimiyah) pada tanggal 24 Jumadil Ula tahun 359 H April, 970 M. Kegiatan pembangunan ini baru selesai enam tahun kemudian atau tepatnya pada 365 H / 976 M.

Pada tahun itu pula dimulai kegiatan belajar mengajar dengan majelis ilmu pengetahuan bermadzhab Syi'ah Ismailiyah. sehingga 12 tahun kemudian 378H / 988. Pengaruh pemikiran syiah baru berakhir pada 1178 M atau bersamaan dengan meredupnya pengaruh pemerintahan Kekhalifahan Fatimiyah. Keberadaan pemerintahan ini kemudian diganti dengan Kekhalifahan Ayyubiyah yang berorientasi kepada ajaran ahlussunah wa-jamaah (suni).

Bahkan, pada tahun 922 H / 1517 M, ketika Mesir berada di dalam kekuasaan Turki Utsmani, Al-Azhar pun senantiasa menjadi sentral pengembangan ilmu pengetahuan. Begitu pula keadaannya hingga memasuki era Turki Utsmani. Kegemilangan perguruan tinggi ini tetap terjaga.

Bahkan pada saat itu Al-Azhar memperbaharui sistem pendidikannya dengan membentuk sistem masyekhakh yang pertama, pada tahun 1101 H / 1690 M. Sistem ini pun terus berlangsung sampai kini. Jadi inilah salah satu peninggalan panglima tentara bayaran yang merupakan bekas budak Romawai keturunan Yunani Sisila, Jauhar As-Shaqaly.
(uba/dari berbagai sumber )



Read more!-Read more
Kufah Pusat Gerakan Ilmiah Islam
Sumber Republika Kamis, 10 April 2008

Kufah Pusat Gerakan Ilmiah Islam

Bendera Islam mulai berkibar di Kufah ketika pasukan tentara Muslim yang dipimpin panglima Sa'ad bin Abi Waqqas berhasil mengalahkan kerajaan Romawi dan Bizantium dalam Perang Yarmuk pada 630 M.



Sejak abad ke-7 M, kota Kufah merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam. Inilah kota bersejarah di Irak yang dibangun pada masa ekspansi pertama Islam ke luar Semenanjung Arab. Kufah pun tercatat sebagai salah satu dari empat kota terpenting bagi penganut aliran Syiah, selain Samarra, Karbala, dan Najaf.

Kufah sempat memegang peranan penting pada masa pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin. Khalifah Ali bin Abi Thalib sempat memindahkan ibu kota pemerintahan Islam dari Madinah ke kota ini. Selain itu, Kufah pun sempat menjadi pusat gerakan ilmiah Islam yang telah melahirkan sejumlah ulama dan ilmuwan Muslim terkemuka.

Kota yang terletak 10 km di timur laut kota Najaf itu tergolong kota tua. Awalnya, wilayah itu didiami bangsa Mesopotamia. Ketika Kerajaan Sassanid berkuasa Kufah merupakan bagian dari Provinsi Suristan. Kufah ditaklukan umat Islam pada tahun 637 di era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.

Bendera Islam mulai berkibar di Kufah ketika pasukan tentara Muslim yang dipimpin panglimanya Sa'd bin Abi Waqqas berhasil mengalahkan kerajaan Romawi dan Bizantium dalam Perang Yarmuk pada 636 M. Setahun kemudian, Irak jatuh ke tangan tentara Muslim. Kota pertama yang dibangun tentara Muslim adalah Kufah dan Basra.

Awalnya, Kufah hanyalah kota yang menjadi barak-barak militer Islam. Kota itu menjadi pilihan lantaran bangsa Arab lebih suka tinggal di padang pasir terbuka. Sebab, mereka sangat suka menggembala ternak. Wilayah yang berada di tepi barat Sungai Eufrat itu pun menjadi pilihan sebagai tempat bermukim.

Atas persetujuan Khalifah Umar bin Khattab, Sa'd pun memindahkan pusat kekuasaan Islam di Persia ke Kufah pada awal 638 M. Di kota itu, Sa'd yang termasuk salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang pertama masuk Islam akhirnya membangun kota Kufah. Gedung pemerintahan dan masjid dibangun dengan gaya arsitektur Persia.

Setelah Kufah tumbuh dan berkembang, para sahabat Rasul banyak hijrah dan bermukim di kota itu. Beberapa sahabat Rasulullah yang bermukim di Kufah itu antara lain; Ibnu Abu Waqqas, Abu Musa, Ali bin Abi Thalib, Abdullah ibnu Mas'ud, Salman, Ammar ibnu Yasir, serta Huzayfa ibnu Yaman. Dalam perjalanannya Kufah menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu agama Islam.

Pada era itu, Kufah juga menjadi pusat penafsiran Alquran. Adalah Abdullah bin Mas'ud yang mengajarkan tafsir serta hadits kepada masyarakat di Kufah. Pada abad ke-9 M, di kota itu Yahya Ibnu Abd Al-Hamid Al-Himmani mengumpulkan hadits ke dalam sebuah musnad. Saat Kekhalifahan Umayyah berkuasa, Kufah bersaing dengan kota Damaskus yang menjadi pusat pemerintahan dinasti itu.

Setelah Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah, Kufah tak menjadi pusat pemerintahan. Penguasa Abbasiyah lebih memilih membangun kota Baghdad. Alasannya, Kufah merupakan pusat kekuatan Syiah yang juga merupakan lawan politik Abbasiyah. Meski terpinggirkan secara politik, perkembangan aktivitas peradaban terus berkembang di kota itu.

Bahkan, sejarah mencatat Kufah merupakan kota yang terkenal sebagai pusat politik, peradaban dan pusat lahirnya doktrin Syiah. Kufah juga menjadi pusat gerakan ilmiah yang besar. Sederet ulama terlahir di Kufah antara lain; Syuraih bin Amir, Asy-Sya'bi, An-Nakhai, dan Sa'id bin Jubair. Gerakan ilmiah itu terus berkembang dan melahirkan Abu Hanifah bin Nu'man Al-Kufi atau Imam Hanafi.

Di kota itu berdiri sekolah Sunni yang terkemuka di Kufah yang didirikan Abu Hanifah. Selain itu, Imam Syiah seperti Muhammad Al-Baqir dan anaknya Jafar Al-Sadiq juga ikut memberi pengaruh di Kufah dengan hukum-hukum yang dibuatnya di Madinah.

Dalam khazanah peradaban Islam, Kufah juga terkenal dengan tulisan Arab indah yang disebut khatt kufi. Salah seorang sarjana Muslim yang mengembangkan tulisan indah kufi itu adalah Al-Qalqashandi. Khatt Kufi merupakan turunan dari empat tulisan Arab sebelum Islam yakni Al-Hiri, Al-Anbari, Al-Makki dan Al-Madani. Penamaan 'kufic' pertama kali diungkapkan Ibnu Al-Nadim dalam Kitab Al-Fihrist.

Pada dekade pertama Islam, Kufah begitu terkenal dengan dalam literasi dan politik. Pada masa kejayaannya, kota yang terletak 170 km di selatan Bagdad itu bahkan pernah menjadi pusat administrasi pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib pada tahun 656 M. Ali memindahkan ibu kota di Madinah ke Kufah lantara alasan politik.

Sejak itulah, kota itu menjadi basis kekuatan pendukung Ali dan keluarganya. Dukungan terhadap Ali itu kemudian melahirkan Syiah. Pergolakan politik pada masa pemerintahan Ali telah membuat Kufah menjadi semacam pusat militer. Kota itu menjadi saksi terjadinya Perang Jamal atau Perang Unta (656 M) antara Ali bin Abi Thalib dengan Siti Aisyah.

Kubu Aisyah menuntut agar pemerintahan yang dipimpin Ali segera mengadili pembunuh Khalifah Usman bin Affan. Setelah itu, Kufah juga menjadi saksi pergolakan politik antara Khalifah Ali dengan Mu'awiyah bin Abu Sufyan yang kemudian memantik perang Siffin (657 M).

Di kota ini pula Khalifah Ali bin Abi Thalib tutup usia akibat ditikam oleh Ibnu Muljam dengan pedang. Jasad Ali bin Abi Thalib di makamkan di Najaf. Bagi penganut Syiah, makam itu begitu berarti. Kawasan pemakaman Ali amat luas dan diyakini merupakan perkuburan yang terluas di dunia.

Di masa Dinasti Umayyah, Kufah kerap menjadi sumber pemberontakan pengikut Syiah. Pada 680 M, putera Ali yang juga cucu Rasulullah SAW, Husein meninggal di Karbala. Menjelang keruntuhan Dinasti Umayyah, Kufah merupakan motor penggerak dakwah Dinasti Abbasiyah. Di Masjid Kufah , Khalifah pertama Abbasiyah dilantik pada 749 M.

Kini, Kufah berada dalam situasi yang tak menentu menyusul invasi dan penjajahan tentara AS di Irak. Kufah telah menjadi saksi sejarah perkembangan Islam.

Ilmuwan dan Ulama dari Kufah

Abu Musa Jabir bin Hayyan
Orang barat mengenalnya sebagai Geber. Abu Musa Jabir bin Hayyan terlahir di Kufah pada 750 M. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya itu didapatnya dari seorang guru bernama Barmaki Vizier pada era pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali.

Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya yang penting antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.

Semasa hidupnya, Jabir telah menuliskan kitab-kitab penting bagi pengembangan ilmu kimia. Beberapa judul kitab yang ditulisnya antara lain; Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab'een, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance.

Al-Kindi
Dia adalah salah satu dari 12 pemikir terbesar di Islam. Para sejarawan menobatkannya sebagai manusia terbaik pada zamannya. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan. Dunia pun mendapuknya sebagai filosof Arab yang paling tangguh.

Ilmuwan kelahiran Kufah, 185 H/801 M itu bernama lengkap Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Al-Asy'ats bin Qais Al-Kindi. Ia berasal dari sebuah keluarga pejabat. Keluarganya berasal dari suku Kindah -- salah satu suku Arab yang besar di Yaman -- sebelum Islam datang. Nenek moyangnya kemudian hijrah ke Kufah.

Ayahnya bernama Ibnu As-Sabah. Sang ayah pernah menduduki jabatan Gubernur Kufah pada era kepemimpinan Al-Mahdi (775 M - 785 M) dan Harun Arrasyid (786 M - 809 M). Kakeknya, Asy'ats bin Qais, dikenal sebagah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Bila ditelusuri nasabnya, Al-Kindi merupakan keturunan Ya'rib bin Qathan, raja di wilayah Qindah.

Pendidikan dasar ditempuh Al-Kindi di tanah kelahirannya. Kemudian, dia melanjutkan dan menamatkan pendidikan di Baghdad. Sejak belia, dia sudah dikenal berotak encer. Tiga bahasa penting dikuasainya, yakni Yunani, Suryani, dan Arab. Sebuah kelebihan yang jarang dimiliki orang pada era itu.

Al-Kindi hidup di era kejayaan Islam Baghdad di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Tak kurang dari lima periode khalifah dilaluinya yakni, Al-Amin (809 M - 813 M), Al-Ma'mun (813 M - 833 M), Al-Mu'tasim, Al-Wasiq (842 M - 847 M) dan Mutawakil (847 M - 861 M). Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan.

Imam Hanafi
Imam Hanafi dilahirkan pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699 Masehi di kota Kufah. Nama lengkapnya dalah Nu'man bin Tsabit bin Zautha bin Maha. Kemudian, dia termasyhur dengan gelar Imam Hanafi. Imam Abu Hanafi adalah seorang imam mazhab yang besar dalam dunia Islam. Dalam empat mazhab yang terkenal tersebut hanya Imam Hanafi yang bukan orang Arab. Beliau keturunan Persia atau disebut juga dengan bangsa Ajam. Pendirian beliau sama dengan pendirian imam yang lain, yakni menegakkan Alquran dan sunnah Nabi SAW.

Ketika Imam Hanafi terlahir, pemerintahan Islam berada di tangan Abdul Malik bin Marwan, dari keturunan Bani Umayyah kelima. Kepandaian Imam Hanafi tidak diragukan. Ia menguasai ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu kalam, dan juga ilmu hadits. Selain itu, ia juga ahli dalam bidang ilmu kesusasteraan dan hikmah.

Peristiwa Penting di Kufah
* Tahun 638 M: Kota Kufah didirikan Sa'd bin Abi Waqqas pada era kepemimpinan Umar bin Khattab. Kufah menjadi pusat pemerintahan Provinsi Irak.
* Tahun 655 M: Masyakat Muslim Kufah mendukung Ali bin Abi Thalib dalam perseteruan dengan Khalifah Utsman bin Affan.
* Tahun 656 M: Ali diangkat menjadi Khalifah. Dia memindahkan pusat pemerintahan dunia Islam dari Madinah ke Kufah.
* Tahun 661 M: Ali meninggal dunia karena dibunuh. Pemerintahan Umayyah berdiri dengan ibu kota di Damaskus. Namun, masyarakat Muslim Kufah tetap mendukung Ali.
* Tahun 749 M: Dinasti Abbasiyah mengambil alih Kufah dari Dinasti Umayyah. Namun, Abbasiyah menjadikan Baghdad sebagai pusat pemerintahan.
( heri ruslan )



Read more!-Read more
ANGKA 99
Senin, 14 April 2008

ANGKA 99

Sembilan puluh sembilan acapkali dianggap sebagai ide mengenai kebalikan keesaan absolut. Angka ini dipandang sebagai sebuah ‘kehendak’ untuk mencapai kesempurnaan. Umat muslim memandang angka ini sebagai sebutan atau nama terindah Allah (al-asmaa al-husna) yang mengacu pada keesaan yang inheren di dalam nama kebesaran-Nya yang meliputi segala sesuatu.



Pada berbagai karya puisi klasik Islam, sebutan nama 99 ini sangatlah akrab disebut. Kaum sufi menghapal dan mendzikirkan segala nama itu. Bahkan, acapkali dilantunkan melalui tuturan bait lagu-lagu yang indah.

Yang paling elok, para penyair musilim selalu mentamsilkan proses pertemuan dengan Tuhan dengan melansirkan penggalan puisi: Berilah kami 99 ciuman ditambah 1 (satu).

Makna puisi ini jelas, yakni keinginan sebuah hati manusia agar bisa mencapai mencapai kesempurnaan yang dilambangkan pada angka berikutnya, yakni 100.
( )


Read more!-Read more
BERMULA DARI PYTHA GORAS


S
umber Republika Senin, 14 April 2008 14:39:00

BERMULA DARI PYTHA GORAS

Peletak dasar pemikiran dan keahlian menyangkut angka-angka banyak sekali dipengaruhi oleh dasar-dasar pemikiran yang dibangun Pythagoras yang lahir di Pulao Samos pada abab ke-6 SM. Berkat dialah semangat matematika menjadi sebuah kekayaan primodial manusia.

Meski begitu, jauh sebelum kelahiran Pythagoras, pengaruh angka sudah meninggalkan jejaknya bagi peradaban.

Pembangunan piramida bangsa Aztek di Meksiko misalnya, jelas sekali dilandasi adanya suatu sistem hitungan angka yang sangat mumpuni. Begitu juga di Mesir kuno, terutama ketika bangsa itu hendak membangun piramida.

Jejak Pytahgoras kini masih terus dipakai yaitu dengan teori yang sudah menjadi aba di untuk melakukan pengukuran terhadap segitiga siku-siku: kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi pendeknya.

Rumus ini abadi hingga kini, bersama berbagai pemikiran Pythagoras lainnya baik di bidang spiritual, sastra, musik, dan lainnya. Peradaban Islam kemudian menyempurnakan peninggalan Phytagoras itu. Jejak pe - ninggalan sistem hitungan ini bisa dilihat pada bentuk arsitektur dan ornamen bangunan yang megah dan rumit. uba/dari berbagai sumber



Read more!-Read more
<$BlogDateHeaderDate$>
TIMUR LENK SANG PENAKLUK DUNIA
Sumber Reublika Kamis, 03 April 2008

TIMUR LENK SANG PENAKLUK DUNIA



Timur Lenk menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam berbagai pertempuran dan ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis dan para tokoh Muslim serta ulama, Timur pun melakukan perluasan kekuasaan.



Dia dikenal sebagai seorang tentara yang jenius. Kariernya di bidang militer yang gemilang telah mengantarkannya untuk mendirikan Dinasti Timurid di kawasan Asia Tengah. Keberanian dan ketangguhannya dalam berekspansi dan memimpin telah berkontribusi bagi perkembangan dan peradaban Islam. Dia dijuluki sebagai sang penakluk. Pemimpin yang dikenal memiliki perhatian besar terhadap penyebaran Islam itu bernama Timur Lenk atau Timurlane. Raja Timurid pertama itu terlahir di kota Kish, sekitar 80 km sebelah selatan Samarkand, Provinsi Transoksania. Timur adalah keturunan Mongol-Turki. Timur masih keturunan Jengiz Khan, pemimpin bangsa Mongol Raya.

Melalui memoarnya, Timur bercerita, ‘’Ayahku berkata kepadaku bahwa kami adalah keturunan dari Abu Al-Atrak (bapak Turki).’’ Dari silsilah itulah terungkap bahwa Timur masih merupakan keturunan Mogul. Ayahnya bernama Teragai, ketua kaum Barlas. Ia adalah cicit dari Karachar Nevian yaitu anak Jenghis Khan. Karachar merupakan pemeluk agama Islam pertama di antara kaumnya. Dalam bahasa Mongol, Timur berarti ‘besi’. Sedangkan nama belakang Lenk atau Lame adalah julukan yang berarti ‘pincang’. Ada beberapa versi yang menyatakan penyebab cacatnya salah satu kaki Timur. Salah satu versi menyebutkan, kakinya cacat sejak lahir. Ada pula yang berkisah, kakinya cacat ketika bertempur. Versi lain mengatakan, kaki Timur cacat saat mengembala kambing.

Meski begitu, Timur tumbuh sebagai pemuda yang berbakat. Dunia militer merupakan pilihan hidupnya. Dia pun lalu bergabung sebagai tentara pada penguasa lokal, Amir Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin militer termasyhur. Timur dikenal sebagai komandan yang gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman Tuglaq Timur Khan, penguasa Dinasti Chaghatayi.

Ketangguhan dan kehebatannya membuat penguasa Dinasti Chaghatayi terkesan. Tuglaq lalu menawarkan sebuah jabatan kepada Timur menjadi pembantu utama (wazir) Gubernur Samarkand, Ilyas. Timur pun menerima tawaran itu. Bersama Amir Husein , Timur lalu melakukan pemberontakan dan mengalahkan pasukan Tuglaq Timur Khan hingga membuat Dinasti Chaghatayi terjungkal.

Naluri militernya yang ambisius membuat Timur lalu berubah sikap. Ia juga menyerang Amir Husein yang menjadi sekutunya. Setelah pasukan Amir Husein ditaklukkan, Timur lalu mendirikan Dinasti Timurid yang pusat di Samarkand pada 10 April 1370. Timur berkuasa selama 35 tahun dari tahun 1370 hingga 1405.

Kehadiran Dinasti Timurid yang dipimpin Timur mendapat dukungan umat Islam terutama ulama, Syaikh al-Islam, serta para pemimpin tarikat berpengaruh. Dukungan itu diberikan tokoh Muslim dan ulama, karena Timur memberi perhatian yang besar untuk menyebarluaskan agama Islam. Sebagai bentuk dukungan, para ulama dan pemimpin tarikat juga ikut terlibat dalam pemerintahan Dinasti Timurid. Ada yang menjadi hakim, diplomat, serta tutor kalangan bangsawan.

Bahkan beberapa ulama kerap mendampingi Timur sebagai penasihat dalam setiap ekspedisi penaklukan. Sebagai seorang raja, Timur tak pernah mau menggunakan nama belakang Khan. Timur memang dikenal sebagai seorang tentara yang jenius, namun kebijakan politiknya juga kerap gagal.

Meski gemar melakukan ekspedisi penaklukan, namun dia tak pernah meninggalkan aparat pemerintah di wilayah yang dikuasainya itu. Akibatnya, Timur harus kembali melakukan penaklukan ulang, jika wilayah yang pernah dikuasainya memberontak. Ekspedisi penaklukan dilakukannya setelah posisi Samarkand kuat dan aman dari berbagai rongrongan.

Timur menghabiskan waktunya selama 35 tahun dalam berbagai pertempuran dan ekspedisi. Didukung pasukan Turki yang loyalis dan para tokoh Muslim serta ulama, Timur pun melakukan perluasan kekuasaan. Dia melebarkan kekuasaannya ke wilayah Barat dan Baratlaut meliputi Mongol, Laut Kaspia, Ural, dan Volga.

Ekspedisi yang dilakukannya ke wilayah selatan dan barat daya mampu menaklukkan setiap provinsi di Persia, termasuk Baghdad, Karbala, dan Irak Utara. Tak heran, bila banyak kota dan daerah yang dikuasai dinasti lain berhasil dikuasai Timur. Salah satu lawan yang paling berat bagi Timur adalah Tokhtamysh.

Wilayah Khawarizmi dan Jata berhasil dikuasai pasukan Timur pada 1380 M setelah melalui pertempuran panjang selama 10 tahun. Sepanjang 1381 M -1382 M, Timur sudah menaklukkan wilayah kekuasaan Kerajaan Persia seperti Herat, Masyhad, Sabzavar, Astarabad, Mazandaran, dan Sistan. Pada tahun 1382 M, pasukan Timur berhasil membantu Tokhtamysh untuk menundukkan Moskow.

Pasukan Tokhtamysh yang dibantunya ternyata balik menyerang pasukan Timur dan menginvasi Azerbaijan pada 1385 M. Dalam sebuah pertempuran yang dahsyat, kekuatan Tokhtamysh akhirnya berakhir dipatahkan. Guna menghadapi pasukan lawannya itu, Timur memimpin tak kurang dari 100 ribu pasukan yang menempuh perjalanan beratus-ratus mil. Sekitar 100 ribu pasukannya yang bergerak dari Timur sejauh ratusan mil nyaris mengalami kelaparan. Untunglah, Timur memerintahkan pasukannya untuk berburu hingga akhirnya tak sempat mengalami kelaparan. Pasukan Tokhtamysh akhirnya terpojok di wilayah Orenburg dan berhasil dikalahkan pasukan Timur.

Pada 1398 M, Timur melakukan ekspedisi penaklukan ke India. Ia mendengar terjadi perang sipil di wilayah India. Saat itu, di India terdapat kerajaan Islam bernama Dinasti Tughlaq yang dipimpin Sultan Nasirudin Mahmud. Timur mendengar Sultan Delhi Muslim itu terlalu toleran dan bersikap lemah terhadap masyarakat Hindu.

Timur lalu memutuskan untuk mengambil alih kekuasaan Sultan Delhi. Pasukannya melintasi Sungai Indus di Attock pada 24 September 1398 M. Pasukan Sultan dengan mudah dikalahkan pada 17 Desember 1398 M. Dia menuliskan penaklukannya di India dalam Tuzuk- Timuri.

Sayangnya, penaklukan Delhi itu diwarnai dengan pertumpahan darah yang sebenarnya tak perlu dilakukan Timur. Dia meninggalkan Delhi pada Januari 1399 M. Menurut Ruy Gonzales de Clavijo, Timur membawa 90 ekor gajah dari Delhi untuk mengangkut batu mulia.

Dia lalu menggunakannya untuk membangun masjid di Samarkand. Para sejarawan meyakini masjid itu adalah Masjid Bibi-Khanym. Setelah itu, dia berperang dengan Bayezid I, Sultan Kerajaan Usmani, dan sultan Mamluk dari Mesir.

Pada 1400 M, Timur menyerbu Armenia dan Georgia. Setahun kemudian, dia menginvasi Baghdad. Sekitar 20 ribu orang tewas dalam invasi itu. Timur tutup usia pada 19 Februari 1405 M saat melakukan pertempuran melawan Dinasti Ming. hri
( )



Read more!-Read more
Kontribusi Timur untuk Kesenian
Sumber Republika Kamis, 03 April 2008 15:28:00

Kontribusi Timur untuk Kesenian

Sekalipun gemar melakukan ekspedisi penaklukan, Timur Lenk ternyata merupakan pencinta seni. Hingga kini, masih banyak karya arsitektur yang dibangun pada era kekuasaannya di Samarkand masih tetap berdiri. Timur memiliki kebiasaan untuk membawa seniman yang terkenal dan berbakat dari wilayah yang ditaklukkannya ke Samarkand.



Dalam soal seni, Timur memberi kebebasan bagi para seniman untuk berekspresi lewat karyanya. Menurut cerita, penulis kaligrafi istana Timur bernama Omar Aqta membuat tulisan kaligrafi Alquran dalam tulisan yang amat kecil melalui cincin cap. Pada masa itu, Aqta pun menuliskan Alquran raksasa dengan tinta emas.

Timur juga diceritakan telah menciptakan permainan Tamerlane Chess atau yang dikenal sebagai catur abad pertengahan. Catur ini dimainkan dalam papan yang lebih besar dengan tambahan beberapa bidak. Timur juga menyukai beladiri gulat Kurash. Setiap tentaranya harus menguasai beladiri gulat. Itu dilakukan Timur agar namanya tetap dikenang sepanjang masa.

imur bercampur menjadi satu. Anehnya, ketika dia berkuasa wilayah Asia Tengah yang tumbuh begitu pesat. Namun, dia justru menghancurkan wilayah lain yang dikuasainya seperti Baghdad, Damaskus, Delhi, Persia, Indian dan kota-kota di Turki. Itulah mengapa, sosoknya begitu kontroversial.

Nama Timur begitu harum di Asia Tengah. Namun, banyak masyarakat di Arab, Persia, dan India yang kurang menyukai sosoknya. Meski begitu, banyak orangtua di Asia barat yang menamakan anaknya dengan nama Timur. Literatur Persia menyebutnya, Teymour, Conqueror of the World ( Timur Penakluk Dunia).

Saat berkuasa, Timur juga ternyata telah melakukan komunikasi dengan negara-negara Barat. Salah satunya adalah dengan penguasa Prancis. Pada 30 Juli 1402 M, Timur berkirim surat kepada Charles VI, raja Prancis. Dia meminta raja Prancis untuk mengirimkan pedagangnya ke Timur. Surat yang masih tersimpan itu ditulis dalam bahasa Persia.

Pada Mei 1403, Timur kembali berkirim surat kepada Charles VI. Pada tahun yang sama, anaknya berkirim surat kepada Pangeran Christian bahwa mereka telah menaklukkan Bayezid di Smyrna. Charles VI juga sempat membalas surat dari Timur tertanggal 15 Juni 1403 M.

Sosok Timur menjadi figur yang populer di Eropa beberapa abad setelah kematiannya. Ia begitu terkenal karena dapat mengalahkan Kesultanan Usmani. Timur didapuk sebagai pahlawan oleh Pemerintah Uzbekistan. Tugu peringatannya berdiri di Taskent, di tempat itu patung Marx sempat berdiri. hri
( )


Read more!-Read more
<$BlogDateHeaderDate$>
Allepo Ibu Kota Kebudayaan Islam
Sumber Republika Kamis, 27 Maret 2008

Allepo Ibu Kota Kebudayaan Islam

Peradaban kota tua itu memasuki babak baru ketika Islam menancapkan benderanya pada 637 M. Di bawah komando Khalid bin Al-Walid, pasukan tentara Islam berhasil memasuki kota Aleppo melalui gerbang Antakya.




Aleppo. Kota yang terletak di sebelah Utara Suriah ini kerap disebut dalam kajian peradaban Islam. Sejatinya, Aleppo memang merupakan salah satu kota paling penting dalam sejarah Islam. Sejak 15 abad lalu, Aleppo telah menjelma menjadi kota terkemuka dalam bidang ekonomi, sejarah, artistik, dan kebudayaan.

Tak heran jika pada tahun 2006, Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO) - organisasi kebudayaan Organisasi Konferensi Islam (OKI) - mendaulat Aleppo sebagai ibu kota kebudayaan Islam. Aleppo dinilai mampu mewakili tipe kota Islam yang ideal dalam konteks toleransi hubungan beragama.

Secara arsitektur, Aleppo juga mampu merepresentasikan sebuah kota Islam. Betapa tidak, bangunan berarsitektur Islam sejak abad ke-16 H masih kokoh berdiri. Tak cuma itu, warisan arsitektur dari beragam dinasti seperti, Umayyah, Abbasiyah, Hamdaniyah, Seljuk, Zankiyah, Ayubiyah, Mamluk, hingga Usmani masih menghias kota Aleppo.

Warisan arsitektur itu berupa istana, pintu, pasar, rumah peristirahatan, masjid, rumah sakit, pemandian umum, dan rumah-rumah bersejarah. Selain itu, Aleppo pun telah melahirkan sejumlah tokoh penting dalam khazanah keilmuwan dan peradaban Islam. Allepo pun telah menjadi semacam museum hidup bagi beragam peradaban.

Aleppo merupakan salah satu kota tertua dalam sejarah manusia. Kota itu sudah didiami manusia sejak abad ke-11 SM. Fakta sejarah itu terkuak dengan ditemukannya pemukiman di Bukit Al-Qaramel. Kota ini pun telah dikuasai oleh beragam bangsa dan peradaban sejak abad ke-4 SM, seperti; Sumeria, Akadian, Amorites, Babylonia, Hithies, Mitanian, Assyria, Arametes, Chaldeans, Yunani, Romawi, dan Bizantium.

Itulah mengapa kota Aleppo begitu banyak disebut-sebut dalam catatan sejarah dan lembaran kuno. Kali pertama, nama Aleppo disebut dalam lembaran kuno dari abad ke-3 SM. Jejak Aleppo juga terkuak selama masa kekuasaan Raja Akkadian, anak Sargon (2530 SM - 2515 SM). Aleppo kuno sempat mencapai masa kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hammurabi, Babilonia. Ketika dikuasai Romawi pada abad ke-5 M, agama Kristen pun menyebar di bumi Aleppo.

Peradaban kota tua itu memasuki babak baru ketika Islam menancapkan benderanya pada 637 M. Di bawah komando Khalid bin Al- Walid, pasukan tentara Islam berhasil memasuki kota Aleppo melalui gerbang Antakya.

Tak sulit dan tak butuh waktu lama bagi umat Islam untuk menyebarkan bahasa Arab di Aleppo. Pasalnya, penduduk di kota itu berbahasa Assyria yang tak jauh beda dengan bahasa Arab. Semenjak jatuh ke pelukan umat Islam, Aleppo pun melalui dan mengalami masa pasang-surut.

Era Khalifah
(16-222 H/ 636-836 M)
Selama berada dalam kekuasaan kekhalifahan, Aleppo belum mampu mencapai masa kejayaan. Tak juga dalam era Umayyah dan Abbasiyah. Sejarah mencatat, di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, kota Aleppo mengalami masa kemakmuran.

Kala itu, kebudayaan, intelektual dan peradaban berkembang begitu pesat di semua bidang. Salah satu bukti tumbuh pesatnya peradaban di bumi Aleppo ditandai dengan kemampuan orang-orang Aleppo untuk membuat pakaian yang amat bagus serta berdirinya istana dan sejumlah masjid terkemuka di kota itu.

Era Pasca-Khalifah
(223-532 H /837-1128 M)
Aleppo mencapai kemasyhuran dalam sejarah bangsa Arab ketika Sayf Addawla Al Hamadani menguasai kota itu. Aleppo pun kembali mencapai kemakmuran dalam bidang seni, ilmu pengetahuan dan sastra. Pada masa itu Aleppo pun menjadi ibu kota pemerintahan.

Berkembang pesatnya peradaban turut melahirkan sejumlah penulis, sastrawan dan ilmuwan terkemuka, seperti; Abu Firas Al Hamadani dan Abu Tayyeb Al Mutanabbi. Kota Aleppo pun bertambah luas meliputi; Kelikiya, Malatya, Diarbekir, Antioch, Tarsus, Mardin dan Roum Qal’a. Pada tahun 353 H, Aleppo diserang imperium Romawi.

Penduduk dibunuhi serta dijadikan budak dan bangunan-bangunan dihancurkan. Sayf Addawla melihat kota yang dibangunnya telah hancur. Ia lalu membangun kembali jembatan, bangunan, dan tembok yang telah porak-poranda. Dia mengundang orang-orang dari Qisrin untuk tinggal di kota itu. Setelah, Sayf Addawla tutup usia, selama dua abad Aleppo terperosok dalam kubangan anarki dan kekacauan.

Setelah itu, Aleppo dikuasai Dinasti Fatimiyah, Mirdassid, Turki, dan kemudian jatuh ke pangkuan Seljuk. Setelah itu Aleppo kembali diambil alih Romawi dan pada 1108 M diserbu pasukan Perang Salib (Crusader).

Kota yang diliputi anarki itu kembali pulih ketika Imad ad-Din Zengi menjadi Pangeran Aleppo. Semenjak dikuasai Pangeran Imad ad-Din dan anaknya Nur ad-Din Mahmud, Aleppo berada di bawah kekuasaan Negara Nurid (523-579 H/1128 M - 1260 M). Kondisi Aleppo pun mulai pulih. Sayangnya pada 1170 M, kota Aleppo hancur diguncang gempa bumi. Nur ad-Din kembali membangun kota yang telah hancur. Setelah Nur ad-Din wafat, Aleppo dikuasai oleh anaknya. Tampuk kekuasaan lalu beralih ke Salahudin Al-Ayubi dan kemudian berpindah ke tangan Raja Al-Zahir Ghazi - seorang raja yang hebat dan reformis.

Aleppo kembali mencapai kejayaannya pada era Dinasti Ayyubiyah (579-659 H/1183 M - 1260 M). Salah satu raja yang tersohor waktu itu bernama Ghazi Ibn Salah Eddine. Dia melindungi Aleppo dan kembali membuat nama Aleppo harum dan disegani. Era keemasan itu berakhir pada 1260 M, ketika bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan menghancurkan Aleppo.

Pada 1400 M, Mongol terusir dari Aleppo setelah ditaklukan Dinasti Mamluk. Raja Ashraf Sayf Eddine Qalawoun kembali membangun kota Allepo. Setahun kemudia, Mongol lagi-lagi diserang Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk. Mamluk kembali menguasai Aleppo dan memulihkan lagi kota segala peradaban itu.

Di era kekuasaan Sultan Qaitibay, di Aleppo dibangun Masjid Firdaus dan Khan Saboun. Kekuasaan Mamluk berakhir pada 922 H /1516 M. Setelah itu, Aleppo dikuasai kerajaan Usmani Turki (922-1337 H/- 1516-1918 M). Kota itu juga sempat diduduki tentara Prancis hingga 1946. Sejak itu, Aleppo menjadi salah provinsi Suriah.

Masjid Agung ALEPPO

Sulaiman dari Dinasti Umayyah pada 717 M, Masjid Agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia Muslim. Membangun Masjid Aleppo merupakan cita-cita Khalifah Al-Walid yang tak kesampaian.

Setelah sukses membangun Masjid Agung Damaskus, Al-Walid ingin membangun masjid serupa di Aleppo. Ketika pengerjaan Masjid Agung Aleppo baru berlangsung, Al-Walid telah berpulang. Tugas untuk membangun masjid yang kini masih berdiri kokoh di Suriah itu dilanjutkan penggantinya Khalifah Sulaiman. Pembangunan masjid itu akhirnya selesai pada tahun 717 M.

Seiring dengan bergulirnya kekuasaan di Aleppo, pada tahun 1158 M, Masjid Agung Aleppo diperluas oleh Nur Al- Din Zangi. Kebanyakan ilmuwan menyatakan, Masjid Agung Damaskus dan Aleppo sebagai masjid kembar dari sisi bentuk arsitektur. Terlebih, keduanya terletak di bekas kekuasaan Romawi dan Bizantium.

Selain itu, di Masjid Agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakariya dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Meski begitu, bentukdan konstruksi Masjid Agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga. Sedangkan, Masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari aslinya, karena Aleppo sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh serangan-serangan dari Bizantium dan tentara Mongol.

Perubahan mulai terjadi pada Masjid Agung Aleppo, ketika Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah. Menurut Sejarawan Al-Ghazi, Daulah Abbasiyah banyak mengambil mosaik, ukiran dan aksesoris seni masjid itu. Abbasiyah memindahkannya ke masjid mereka di Al-Anbar di Irak.

Namun, sejarawan Ibnu Al-Adhim memiliki cerita yang lain. Menurut dia, hilangnya mosaik Masjid Agung Aleppo justru terjadi akibat ulah Bizantium pada 962 M. Kaisar Nicephorus melakukan perusakan dan aksi vandalisme ketika Bizantium mencoba menguasai kembali Aleppo. Mereka membakar dan menghancurkan mosaik Masjid Aleppo.

Masjid Agung Aleppo kembali dibangun pada masa kekuasaan Emir Syaft A-Dawlah dari Dinasti Hamanid. Di bawah kekuasaannya, Aleppo mencapai kejayaannya dan menjelma menjadi negeri yang makmur. Aleppo pun dijadikan ibu kota pemerintahan Hamanid dan menjadi pusat kebudayaan yang penting. Sayf Al-Dawlah memberi perhatian yang begitu besar untuk membangun kembali masjid-masjid yang dibakar.

Bagian masjid yang masih asli buatan abad ke-8 M yang masih tersisa waktu itu hanyalah halaman yang dikelilingi tembok, kubah, dan air mancur. Sehingga, Dinasti Hamanid melakukan perbaikan secara besar-besaran. Dinasti Seljuk juga sempat merenovasi Masjid Agung Aleppo pada abad ke-11 M dan mulai membangunkan menara.

Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan Umayyah, namun Masjid Agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia Islam. ‘’Pada abad ke-15 M, Masjid Agung Aleppo bersaing dengan Masjid Damaskus dalam hal dekorasi, cat, serta mosaik,’’ papar Ibnu Al-Shihna. Masjid Agung Aleppo paling tidak mewarisi sentuhan dari beragam dinasti Islam yang pernah berjaya.

Tokoh-tokoh yang Berkarya di Aleppo

Al-Farabi
Sosok dan pemikiran Al-Farabi hingga kini tetap menjadi perhatian dunia. Dialah filosof Islam pertama yang berhasil mempertalikan serta menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehingga, bisa dimengerti di dalam konteks agamaagama wahyu. Pemikirannya begitu berpengaruh besar terhadap dunia Barat.

Al-Farabi mengembangkan karyakaryanya di Aleppo. Pada akhir tahun 942 M, dia hengkang dari Baghdad ke Aleppo, karena situasi politik yang memburuk. Selama dua tahun tinggal di Aleppo, pada siang hari Al- Farabi bekerja sebagai penjaga kebun dan malam hari, dia membaca dan menulis karya-karya filsafat. Ia sempat pula hijrah ke Mesir dan lalu kembali lagi ke Damaskus pada 949 M.

Ketika tinggal di Aleppo untuk yang kedua kalinya, Al-Farabi mendapat perlindungan dari putra mahkota penguasa baru Suriah, Syaf al- Daulah. Syaf al-Daulah sangat terkesan dengan Al-Farabi karena kemampuannya dalam bidang filsafat, bakat musiknya, serta penguasaannya atas berbagai bahasa.

Ratusan kitab telah dihasilkan Al- Farabi. Kehidupan sufi yang dijalaninya membuatnya tetap hidup sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Ia tutup usia di Damaskus pada 970 M. Amir Sayf ad-Dawla kemudian membawa jenazahnya dan menguburkannya di Damaskus. Ia dimakamkan di pemakaman Bab as- Saghir yang terletak di dekat makam Muawiyah, yang merupakan pendiri dinasti Ummayah.

Al-Khawarizmi (780 M-830 M)
Sebagian besar hidup al- Khawarizmi didedikasikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sederet karya lahir dari buah pikirnya. Aljabar merupakan buku pertama karya Khawarizmi yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Tak heran, bila kemudian dunia mendaulatnya sebagai Bapak Aljabar. Berkat jasanya pula, sistem penomoran posisi desimal terlahir.

Kontribusinya yang begitu berdampak besar tak hanya dalam matematika. Dalam masalah kebahasaan pun, Khawarizmi begitu berpengaruh. Kata logarisme dan logaritma yang diambil dari kata Algorismi merupakan Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga diserap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Ilmuwan Islam yang bergelar Abu Ja’far itu antara lain telah melahirkan berbagai karya seperti; sistem Nomor lewat kitabnya berjudul Mufatih al-Ulum yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin De Numero Indorum. Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind merupakan hasil pemikiran Khwawarizmi.

Kitab tentang Aljabar lainnya yang ditulis Khawarizmi adalah Al- Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al- Muqabalah. Kitab ini diterbitkan pada 820 M. Khawarizmi juga menulis kitab berjudul Al-Jabr wa’l Muqabalah yang membahas penggunaan secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Kitab yang paling fenomenal adalah Hisab al-Jabr wa al- Muqabalah.
(heri ruslan )


Read more!-Read more
Samarkand
Sumber Republika Rabu, 02 April 2008
Samarkand

Permata dari Timur

Naskah Arab kuno menjulukinya ‘Permata dari Timur’. Orang-orang Eropa menyebutnya ‘Tanah Para Saintis’. Kota nan megah dan indah itu sama tuanya dengan Romawi, Athena, dan Babilonia. Tanah legenda yang tahun ini berusia 2.757 tahun itu bernama Samarkand - kota terbesar kedua di Uzbekistan.




Keindahan Samarkand yang begitu populer sempat membuat Kaisar Aleksander Agung terpikat. Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di tanah Samarkand, Aleksander pun berseru, ‘’Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, namun tak pernah mengira kota ini ternyata benar-benar cantik dan megah.’’

Selain kesohor dengan keindahannya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis. Kota legenda itu berada di tengah ‘Bayangan Asia’ yang menghubungkan Jalur Sutera antara Cina dan Barat. Di era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan. Itulah mengapa, orang-orang Eropa mendaulatnya sebagai ‘Tanah Para Saintis’.

Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Awalnya, kota itu bernama Maracanda. Pada 329 SM, kota itu ditaklukkan Aleksander Agung. Dua abad kemudian, Samarkand menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Himyar (115 SM - 33 M). Saat itu, kota itu menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan yakni Barat, Cina, dan Arab.'

Di abad ke-6 M, Samarkand jauh ke dalam kekuasaan Kerajaan Turki. Samarkand memasuki babak baru ketika Islam menaklukkan wilayah itu pada abad ke-8 M. Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin Khalifah Abdul Malik (685 M - 705 M) menugaskan Qutaibah bin Muslim sebagai gubernur di wilayah Khurasan.

Ketika itu, Samarkand dipimpin Tarkhum yang telah melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Cina. Qutaibah dan Tarkhum pun menjalin kesepakatan damai. Namun, pengganti Tarkhum memaksa pasukan Muslim pimpinan Qutaibah untuk menaklukkannya. Pemerintahan Umayyah pun lalu menempatkan pasukannya di wilayah itu.

Perlahan namun pasti ajaran Islam mulai diterima penduduk Samarkand. Bahkan wilayah itu bersama dengan Bukhara sempat menjadi pusat Islamisasi penting di Asia Tengah. Setelah Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah, pasukan Islam dan Cina terlibat pertempuran yang dikenal sebagai Perang Talas pada 751 M.

Umat Islam pada masa keemasan itu mulai mentransfer ilmu dan cara pembuatan kertas dari dua tahanan perang asal Cina. Tak salah, bila Samarkand dijuluki sebagai kota tonggak revolusi budaya dunia. Sebab, di kota itulah pertama kali industri kertas pertama muncul. Industri kertas pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia Islam hingga Eropa.

Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah memberikan jabatan gubernur kepada putra-putra Asad bin Saman untuk memerintah Transoksania dari Samarkand. Keluarga Saman pada 875 M memproklamirkan berdirinya Dinasti Samanid dan menguasai Samarkand. Setelah itu, Samarkand pun secara bergantian dikuasai dinasti-dinasti Islam.

Pada 999 M, kota itu di bawah kekuasaan Dinasti Qarakhanid. Setelah itu, Samarkand dikuasai Dinasti Seljuk (1073 M), Dinasti Qarakhitai (1141 M) dan Dinasti Khawarizmian (1210 M). Saat dikuasai dinasti-dinasti itu, Samarkand belum mencapai masa kejayaannya. Pada abad ke-10 M, populasi penduduk di kota itu lebih dari setengah juta jiwa.

Samarkand mencapai masa keemasannya di era Islam, ketika Dinasti Timurid (1370 M - 1506 M) berkuasa. Dinasti itu menundukkan Samarkand dari tangan Shah Sultan Muhammad - penguasa Dinasti Khawarizmia. Di bawah kepemimpinan Timur Lenk, dua penjelajah terkemuka Marco Polo dan Ibnu Batutta sudah melihat geliat kemajuan yang dicapai Samarkand.

‘’Samarkand merupakan salah satu kota terbesar dan paling cantik dan indah di dunia,’’ ungkap Ibnu Batutta berdecak kagum. Saat Timur Lenk berkuasa, Samarkand menjelma menjadi kota yang berkembang pesat. Hampir separuh dari aktivitas perdagangan di Asia berputar di kota Samarkand.

Pada masa itu, di pasar Samarkand sudah bisa ditemukan beragam produk seperti kulit, linen, rempah-rempah, sutera, batu mulia, melon, apel, dan beragam barang lainnya. Di era itu, Samarkand sudah memiliki monumen-monumen arsitektur yang megah. Kota itupun sudah memiliki banyak seniman dan sarjana.

Pengganti Timur Lenk, Syahrukh memindahkan ibu kota Timurid dari Samarkand ke Heart. Meski begitu, hingga masa pemerintahan Ulugh Beg, masyarakat Samarkand hidup dalam kemakmuran. Pada masa kekuasaan Ulugh Beg, Samarkand menjadi pusat studi ilmu pengetahuan. Dia adalah raja yang gandrung dengan ilmu, khususnya astronomi.

Salah satu bukti sejarah yang menunjukkan Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah didirikannya Observatorium Ulugh Beg. Selain itu, di kota itu juga banyak berdiri madrasah atau perguruan tinggi. Selama satu abad Dinasti Timurid berkuasa.

Samarkand mencapai puncak kejayaannya. Sekitar tahun 1500 M, kekuasaan Dinasti Timurid mulai rapuh. Kota itu ahirnya jatuh ke tangan bangsa Uzbek di bawah pimpinan Ozbeg Khan Shaibani. Setelah itu, Samarkand berada di bawah Keemiran Bukhara. Pada 1868 M, Samarkand ditaklukan Rusia dan menjadi bagian dari Uni Soviet hingga 1991. Sejak Adidaya Uni Soviet pecah, Samarkand pun menjadi bagian dari negara Uzbekistan.

Secara geografis, Samarkand merupakan salah satu kota tua dan utama di wilayah Transoksania, yakni daerah antara Sungai Amudarya (Oxus) dan Syrdarya di Asia Tengah. Kini Samarkand menjadi salah satu provinsi di Uzbekistan. Kota itu berada di ketinggian 702 meter. Pada 2005 populasi penduduknya mencapai 412 ribu jiwa. heri ruslan
( )



Read more!-Read more
Saksi Sejarah Kejayaan Samarkand
Sumber RepublikaRabu, 02 April 2008

Saksi Sejarah Kejayaan Samarkand

Organisasi Kebudayaan dan Pendidikan PBB (UNESCO) telah menetapkan Samarkand sebagai kota tua yang masuk dalam daftar warisan dunia. Kota itu dianggap sebagai persimpangan kebudayaan.



‘’Ketika kita berbicara Samarkand, kita membayangkan sebuah kota cantik dan besar yang memikat setiap jiwa. Begitu Anda melihat kota ini sekali, maka akan bermimpi untuk melihatnya lagi,’’ tutur Presiden Uzbekistan, Islam Karimov.

Kini, Samarkand menjadi salah satu kota tujuan wisata. Pesona bangunan-bangunan tua yang bertengger megah di kota itu mampu memikat para pelancong untuk datang dan kembali lagi, ke salah satu kota penting dalam sejarah Islam di Asia Tengah itu. Sejumlah bangunan tua hingga kini masih kokoh berdiri menjadi saksi kejayaan Islam di masa lalu.

Samarkand memiliki sederet monumen bersejarah. Kubah Pirus Samarkand merupakan simbol arsitektur Samarkand yang paling luar biasa. Tempat penting lainnya di kota tua yang paling banyak menarik perhatian adalah Registan Square - sebuah pusat kota tradisional.

Di tempat itu terdapat tiga bangunan yang menjadi peninggalan Ulugh Beg yakni, Madrasah Ulugh Beg, Sherdor, dan Tilla Qari. Madrasah itu adalah perguruan tinggi zaman dulu. Tempat bersejarah lainnya adalah Mausoleum of Tamerlane. Inilah yang membuat Samarkand disanjung lewat puisi dan dirindui para pelancong. hri
( )


Read more!-Read more
Penguasa Dinasti Timurid di Samarkand
Sumber Republika Rabu, 02 April 2008 15:08:00

Penguasa Dinasti Timurid di Samarkand

Timur Lenk
(1370 M - 1405 M)

Pendiri Dinasti Timurid ini terlahir di kota Kish, sebelah selatan Samarkand, Provinsi Transoksania pada 1336. Dia adalah anak gubernur di wilayah yang terletak di antara Sungai Amudarya dan Sungai Sydarya di Asia Tengah.



Timur masih merupakan keturunan dari Jengiz Khan. Masa kecilnya dihabiskan dengan menggembala kambing. dijuluki Lenk (Leme) yang berarti pincang’ pada nama belakangnya. Sejatinya, dia memang pincang, karena salah satu kakinya cacat akibat terluka saat mencuri kambing, waktu masih kecil. Ia pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang berbakat dan menguasai bidang militer.

Pada 10 April 1370, Timur memproklamirkan diri sebagai pemimpin dan penguasa tunggal atas daerah kekuasaan Dinasti Chaghatayi. Dia pun membentuk Dinasti Timurid yang berpusat Samarkand. Timur dikenal sebagai tokoh yang memiliki perhatian besar dalam penyebaran ajaran Islam. Itulah mengapa dia didukung para ulama.

Sultan Khalil
(1405 M - 1409 M)

Khalil merupakan pengganti Timur Lenk. Dia adalah anak Miran Shah sekaligus cucunya Timur. Saat Timur berkuasa, Khalil ikut bersama Timur menundukkan wilayah hingga ke India. Pada 1402 M, Timur memberinya daerah kekuasaan di Ferghana. Setelah Timur tutup usia, Khalil pun didaulat untuk meneruskan kekuasaan Timurid. Selama berkuasa, dia mampu memperluas kekuasaan Timurid.

Syahrukh Mirza
(1409 M - 1447 M)

Dia adalah anak bungsu Timur Lenk. Sejatinya, dialah putera mahkota yang menggantikan tahta sang ayah. Namun, menjelang kematiannya, Timur membagi wilayah Dinasti Timurid kepada anak-anaknya. Akibatnya terjadi ketidakjelasan dan Dinasti Timurid nyaris pecah. Syahrukhlah yang kemudian menyelamatkan Timurid dari tubir kehancuran.

Syahrukh mulai mengendalikan kekuasaannya pada 1409 M. Di bawah kepemimpinannya, Samarkand tumbuh menjadi wilayah berkembang pesat. Kerajaannya mampu mengendarikan rute perdagangan utama antara Timur dan Barat termasuk diantaranya Jalur Sutera. Masyarakat Samarkand pun hidup dalam kecukupan. Dia memindahkan ibu kota Timurid dari Samarkand ke Herat.

Ulugh Beg
(1447 M - 1449 M)

Nama lengkapnya Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393 M - 1449 M). Dia adalah penguasa Samarkand seorang pejabat yang menaruh perhatian terhadap astronomi. Ketertarikannya dalam astronomi bemula, ketika dia mengunjungi Observatorium Maragha yang dibangun ahli astronomi Muslim terkemuka, Nasir al-Din al- Tusi. Ketika dia berkuasa, astronomi berkembang begitu pesat. Dia membangun Observatorium Ulugh Beg pada 1420 M.

Abdul Latif
(1449 M - 1450 M)

Abdul Latif adalah putera Ulugh Beg. Ia melakukan pemberontakan yang akhirnya membuat sang ayah terbunuh. Selepas terbunuhnya Ulugh Beg, Abdul Latif pun menduduki tampuk kekuasaan. Namun, dia hanya berkuasa selama enam bulan, karena mati terbunuh.

Abdullah Mirza
(1450 M - 1451 M)
Dia adalah cucu dari Syahrukh. Abdullah Mirza menggantikan posisi Abdul Latif. Ia pun hanya memimpin Dinasti Timurid sekitar satu tahun. Tahtanya direbut Abu Said.

Abu Said
(1451 M - 1469 M)
Abu Said sebenarnya bukanlah keturunan Timurid. Ia tumbuh langsung di bawah asuhan Ulugh Beg. Dia pun menguasai ilmu pengetahuan dan militer. Pengaruhnya begitu kuat di militer. Di bawah kepemimpinannya pemerintahan Timurid relatif stabil. Masyarakat Samarkand juga kembali mencapai kemakmuran.

Ahmad
(1469 M - 1494 M)
Sepeninggal Abu Saud, wilayah kekuasaan Timurid dibagi dua, yakni Samarkand dan Khurasan. Ahmad, putera Abu Said memerintah Samarkand. Di bahwa kepemimpinanya, Samarkand terbilang damai. Dia banyak mendirikan bangunan yang indah. Ulama dan seniman dari berbagai penjuru berdatangan ke pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan itu.

Mahmud bin Abu Said
(1449 M - 1450 M)

Inilah akhir kekuasaan Dinasti Timurid di Samarkand. Kota itu akhirnya jatuh ke tangan bangsa Uzbek. hri
( )


Read more!-Read more