Product ...
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from sartono_icmi. Make your own badge here.

Massage


Free chat widget @ ShoutMix

Other things ...

<$BlogDateHeaderDate$>
Hikayat Islam di Negeri Tirai Bambu
Sumber Republika Senin, 24 Maret 2008

Hikayat Islam di Negeri Tirai Bambu



"Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina," begitu kata petuah Arab. Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Cina memang telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.



Tak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.

Sejak itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle Kingdom' - julukan Cina. Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar Cina, para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera. Mereka `angkat layar' dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia menuju lautan Samudera Hindia.

Sebelum sampai ke daratan Cina, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Sejak itu banyak orang Arab yang menetap di Cina.

Ketika Islam sudah berkembang dan Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan di Madinah, di seberang lautan Cina tengah memasuki periode penyatuan dan pertahanan. Menurut catatan sejarah awal Cina, masyarakat Tiongkok pun sudah mengetahui adanya agama Islam di Timur Tengah. Mereka menyebut pemerintahan Rasulullah SAW sebagai Al-Madinah.

Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW). Terdapat beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran Cina. Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa para sahabat Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah. Mereka antara lain; Ruqayyah, anak perempuan Nabi; Usman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Rasulullah SAW; dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M - 618 M).

Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa'ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di Cina, Sa'ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran.

Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M - kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon, Sa'ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.

Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton - masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias 'So-Fei Er'. Dia bergelar `bapak' komunitas Muslim di Cina.

Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di Cina semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.

Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho - seorang pelaut Muslim andal.

Saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.

Masa Surut Islam di Daratan Cina

Hubungan antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing (1644-1911) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan Keislaman.

Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima - menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.

Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855 M hingga 1873 M.

Setelah jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan Muslim yakni keluarga Ma.

Kondisi umat Islam di Cina makin memburuk ketika terjadi Revolusi Budaya. Pemerintah mulai mengendorkan kebijakannya kepada Muslim pada 1978. Kini Islam kembali menggeliat di Cina. Hal itu ditandai dengan banyaknya masjid serta aktivitas Muslim antaretnis di Cina.

Tokoh Muslim Terkemuka dari Tiongkok

Dominasi peran Muslim dalam lingkaran kekuasaan dinasti-dinasti Cina pada abad pertengahan telah melahirkan sejumlah tokoh Muslim terkemuka. Mereka adalah:
Pelaut dan Penjelajah
* Cheng Ho atau Zheng He: Laksamana Laut Cina yang menjelajahi dua benua dalam tujuh kali ekspedisi.
* Fei Xin: Penerjemah andalan Cheng Ho.
* Ma Huan: Seorang pengikut Ceng Ho.
Militer
* Jenderal pendiri Dinasti Ming: Chang Yuchun, Hu Dahai, Lan Yu, Mu Ying. * Pemimpin pemberontakan Panthay: Du Wenxiu, Ma Hualong.
* Kelompok tentara Ma selama era Republik Cina: Ma Bufang, Ma Chung-ying, Ma Fuxiang, Ma Hongkui, Ma Hongbin, Ma Lin, Ma Qi, Ma Hun-shan Bai Chongxi.
Sarjana dan Penulis
* Bai Shouyi, sejarawan.
* Tohti Tunyaz, sejarawan.
* Yusuf Ma Dexin, penerjemah Alquran pertama ke dalam bahasa Cina.
* Muhammad Ma Jian, penulis dan peberjemah Alquran terkemuka.
* Liu Zhi, penulis di era Dinasti Qing.
* Wang Daiyu, ahli astronomi pada era Dinasti Ming.
* Zhang Chengzhi, penulis kontemporer.
Politik
* Hui Liangyu, Wakil Perdana Menteri Urusan Pertanian RRC
* Huseyincan Celil, Imam Uyghur yang dipenjara di Cina
* Xabib Yunic, Menteri Pendidikan Second East Turkistan Republic
* Muhammad Amin Bughra, Wakil Ketua Second East Turkistan Republic
Lainnya
* Noor Deen Mi Guangjiang, ahli kaligrafi.
* Ma Xianda, ahli beladiri.
* Ma Menta, pengurus Federasi Wushu Tongbei Rusia.
(heri ruslan )


Read more!-Read more
Umar Khayyam Penyair Saintis dari Persia
Sumber Republika; Selasa, 25 Maret 2008

Umar Khayyam Penyair Saintis dari Persia

''Dengan benih hikmah aku menabur, Dan dengan tanganku sendiri mengusahakannya agar tumbuh; Dan cuma inilah panen yang kupetik, Aku datang bagai air, dan bagaikan bayu aku pergi.''

Sejatinya dia adalah seorang ilmuwan yang menguasai matematika, astronomi dan filsafat. Kepiawaiannya dalam menulis syair dan puisi membuat namanya lebih kesohor sebagai seorang penyair. Konon, syair dan puisinya banyak dipengaruhi karya-karya Abu Nuwas. Penyair yang saintis itu bernama Umar Khayyam.

Penyair yang karya-karyanya diabadikan dalam Rubaiyat Umar Khayyam itu terlahir di Persia (Iran) pada 18 Mei 1048 M dengan nama lengkap Ghiyath A-Din Abu'l-Fath Umar ibnu Brahim Al-Nisaburi A-Khayyami. Secara bahasa, Khayyam berarti 'pembuat tenda'. Nama itu digunakan, karena sang ayah bernama Ibrahim adalah seorang pembuat tenda.

Kota kelahiran Khayyam bernama Nishapur. Ia hidup di era kekuasaan Dinasti Seljuk abad ke-11 M. Khayyam menghabiskan masa kecilnya di kota Balkh (sekarang utara Afghanistan). Di sana, dia menuntut ilmu kepada seorang ilmuwan kondang, Syekh Muhammad Mansuri.

Khayyam juga menimba ilmu pada seorang guru terkemuka di wilayah Khurasan bernama Imam Mowaffaq. Saat itu, Khurasan menjadi ibu kota kerajaan Seljuk. Tak heran, bila ketika itu Khurasan bersaing dengan Kairo dan Baghdad untuk menjadi pusat peradaban Islam dan dunia. Kekuasaan Seljuk Turki meliputi wilayah Mesopotamia, Suriah, Palestina, dan sebagian besar Iran.

Dalam situasi politik yang tak menentu, ketika itu, tak mudah bagi Khayyam untuk menuntut ilmu. Pada era itu, setiap dinasti berlomba untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Khayyam sempat belajar filsafat di Nishapur. Seorang temannya menuliskan sosok Umar Khayyam sebagai seorang pelajar yang dikarunia kecerdasan yang tajam dan kekuatan alam yang sangat tinggi.

Menurut sebuah legenda yang cukup termasyhur, sewaktu menuntut ilmu kepada Imam Mowaffaq, Khayyam sangat dekat dengan Nizam-ul-Mulk (lahir: 1018 M) yang menjadi pejabat di Kerajaan Seljuk dan Hassan-i-Sabah (lahir:1034 M) yang menjadi pemimpin aliran Hashshashin (Nizar Ismaili). Ketiganya kerap disebut 'Tiga Sahabat'.

Ketika Nizam-ul-Mulk menjadi penguasa, Hassan-i-Sabah dan Khayyam datang kepadanya. Jika Hassan-i-Sabah meminta jabatan di pemerintahan. Kepada sahabatnya itu, Khayyam hanya meminta disediakan tempat untuk hidup, mempelajari ilmu dan beribadah. Konon, Khayyam mendapat dana pensiun yang per tahunnya mencapai 1.200 mithkals emas.

Namun, keabsahan legenda itu diragukan sejumlah ilmuwan seperti Foroughi dan Aghaeipour. Menurut mereka, tak mungkin Khayyam dan Nizam-ul-Mulk bisa menjadi teman sekolah, karena usia mereka berbeda 30 tahun. Terlebih, ketiga orang itu hidup di tiga tempat yang berbeda. Kemungkinan, kisah persahabatan ketiga orang itu muncul, karena ketiganya sama-sama tokoh terkenal.

Khayyam terkenal lantaran keluhuran ilmu dan puisi-puisinya, sementara Hassan-i-Sabah termasyhur sebagai tentara pemberontak dan Nizam-ul-Mulk kesohor dengan kekuasaan dan aturan serta hukum yang dikendalikannya. Maka tak heran, jika pada saat itu muncul legenda tentang persahabatan tiga figur terkemuka itu.

Pada masa hidupnya, Khayyam dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronom. Pada tahun 1070 M, Khayyam memutuskan untuk hijrah ke Samarkand di Uzbekistan - sebuah kota tertua di Asia Tengah. Di tempat itu, dia mendapat dukungan dari seorang ahli hukum Samarkand bernama Abu Tahir. Dia berhasil menulis buku tentang aljabar berjudul Treatise on Demonstration of Problems of Algebra.

Salah satu kontribusinya yang lain dalam bidang matematika, dia menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Pada 1077 M, Khayyam menulis kitab Sharh ma ashkala min musadarat kitab Uqlidis (Penjelasan Kesulitan dari Postulat-postulat Euclid). Umar Khayyam juga berkontribusi dalam geometri, khususnya pada teori perbandingan.

Sebagai seorang astronom, Khayyam sempat diundang penguasa Isfahan, Malik Syah pada tahun 1073 M. Ia diminta untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyam dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.

Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Khayyam pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa. Salah satu prestasinya dalam bidang astronomi dan matematika adalah keberhasilannya mengoreksi kalender Persia.

Pada 15 Maret 1079 M, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072 M - 1092 M) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Khayyam, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius.

Ketenarannya dalam menulis syair dan puisi membuat Khayyam lebih populer sebagai sebagai seorang penyair. Khayyam diyakini telah menulis seribu bait syair dan puisi. Puisi-puisinya yang dikenal skeptik justru begitu berpengaruh di dunia Barat. Begitu banyak yang mengagumi syair dan puisi yang diciptakannya. Di Barat, Khayyam terkenal dengan The Rub iy t of Omar Khayy m.

Seperti halnya Abu Nuwas - penyair termasyhur dari Baghdad - Umar Khayyam pun sempat diragukan akidahnya. Konon, dia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan fenomena adalah akibat dari campur tangan Illahi. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati.

Para pejabat keagamaan berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam. Untuk menepis semua itu, Khayyam akhirnya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim. Khayyam tutup usia pada 4 Desember 1131 M di kota kelahirannya, Nishapur, Persia. Makamnya, berada di Iran.

Rubaiyat Umar Khayyam

Rubaiyat Umar Khayyam merupakan antologi puisi karya Umar Khayyam yang ditulis dalam bahasa Persia. Antologi puisi karya ahli matematika dan astronom itu berjumlah sekitar seribu. Setiap syair dan puisi Khayyam berjumlah empat baris.

Antologi puisi dan syair Khayyam itu telah diterjemahkan kedalam berbadai bahasa. Terjemahan Rubaiyat Umar Khayyam yang paling kesohor dalam bahasa Inggris dialihbahasakan oleh Edward Fitzgerald (1809 M -1883 M). Rubaiyat Umar Kayam versi Inggris itu diterbitkan dalam lima edisi. Masing-masing pada 1859, 1868, 1872, 1879 dan 1889.

Kelima edisi itu diterbitkan oleh Fitzgerald. Selain itu, Fiizgerald juga menerjemahkan antologi puisi Umar Khayyam itu ke dalam bahasa Latin. Penerjemahan karya-karya Umar Khayyam itu sangat tergantung pada interpretasi penerjemah atas filsafat Umar Khayyam.

Rubaiyat Umar Khayyam juga diterjemahkan Friedrich von Bodenstedt (1819-1819) ke dalam bahasa Jerman. Terjemahan antologi puisi Khayyam itu diterbitkan pada 1881 dan terdiri dari 395 kuatrain.

Selain Futzgerald, Edward Henry Whinfield pun menerjemahkan karya Umar Khayyam itu ke dalam bahasa Inggris. Antologi syair dan puisi Khayyam itu diterbitkan dalam dua edisi terdiri dari 253 kuatrain pada 1882 dan 500 kuatrain pada 1883.

Puisi karya Umar Khayyam untuk pertama kalinya dialihbahasakan ke dalam bahasa Prancis oleh JB Nicolas. Alih bahasa Rubaiyat Umar Khayyam itu veris Prancis itu terdiri dari 464 kuatrain dalam prosa dan diterbitkan pada 1867. Nicolas merupakan kepala penerjemah Kedutaan Besar Prancis di Persia.

Namun, terjemahan Rubaiyat Umar Khayyam dalam bahasa Prancis yang paling populer adalah karya Franz Toussaint yang dipublikasikan tahun 1924. Terkemahan ini terdiri dari 170 kuatrain yang berasal dari naskah asli berbahasa Persia. Penerjemahan Rubaiyat Umar Khayyam juga dilakukan Edward Heron-Allen (1861-1943).

Rubaiyat Umar Khayyam juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ahmed Rami seorang penyair ternama dari Mesir. Terjemahan Rami itu tercatat sebagai hasil karya literatur Arab Modern. Laiknya, Shakespeare, karya-karya Umar Khayyam juga memiliki pengaruh yang luar biasa. Banyak penulis dan penyair yang mengikuti gayanya.

Abadi di Luar Angkasa

Umar Khayyam tetap dikenang sepanjang zaman. Mesti telah berpulang delapan abad lalu, dunia tak mungkin melupakannya. Kontribusi dan dedikasi Khayyam di bidang astronomi diabadikan sebagai salah satu nama kawah bulan. Pada tahun 1970, para astronom sepakat untuk menggunakan nama Khayyam di salah satu kawah bulan.

Tak cuma itu, nama besarnya juga terpatri menjadi salah satu nama planet kecil di luar angkasa. Pada tahun 1980, astronom dari Uni Soviet bernama Lyudmila Zhuravlyova menemukan sebuah planet kecil. Zhuravlyova kemudia menamakan planet itu Umar Khayyam.

Aneka ragam cara dilakukan masyarakat dunia untuk mengenang Khayyam. Laiknya penyair legenda, Abu Nuwas yang muncul dalam kisah Negeri 1001 Malam, sosok Khayyam pun tampil dalam novel berjudul Samarkand karya Amin Maalouf. Pada 1997, Khayyam juga diangkat penulis Hooshang Mo"eenzadeh dalam Novel berbahasa Persia yang berjudul Khayyam and That Delightful Fabrication.

Kehidupan Umar pun digambarkan dalam film berjudul Omar Khayyam pada 1957. Film itu dibintangi Cornel Wilde, Debra Page, Raymond Massey, Michael Rennie, dan John Derek. Tiga tahun lalu, kisah Umar Khayyam juga diangkat ke layar perak oleh Sutradara Iran-Amerika Kayvan Mashayekh. Film itu berjudul 'The Keeper: the Legend of Omar Khayyam'. Namanya tetap melegenda.
( heri ruslan )


Sejatinya dia adalah seorang ilmuwan yang menguasai matematika, astronomi dan filsafat. Kepiawaiannya dalam menulis syair dan puisi membuat namanya lebih kesohor sebagai seorang penyair. Konon, syair dan puisinya banyak dipengaruhi karya-karya Abu Nuwas. Penyair yang saintis itu bernama Umar Khayyam.

Penyair yang karya-karyanya diabadikan dalam Rubaiyat Umar Khayyam itu terlahir di Persia (Iran) pada 18 Mei 1048 M dengan nama lengkap Ghiyath A-Din Abu'l-Fath Umar ibnu Brahim Al-Nisaburi A-Khayyami. Secara bahasa, Khayyam berarti 'pembuat tenda'. Nama itu digunakan, karena sang ayah bernama Ibrahim adalah seorang pembuat tenda.

Kota kelahiran Khayyam bernama Nishapur. Ia hidup di era kekuasaan Dinasti Seljuk abad ke-11 M. Khayyam menghabiskan masa kecilnya di kota Balkh (sekarang utara Afghanistan). Di sana, dia menuntut ilmu kepada seorang ilmuwan kondang, Syekh Muhammad Mansuri.

Khayyam juga menimba ilmu pada seorang guru terkemuka di wilayah Khurasan bernama Imam Mowaffaq. Saat itu, Khurasan menjadi ibu kota kerajaan Seljuk. Tak heran, bila ketika itu Khurasan bersaing dengan Kairo dan Baghdad untuk menjadi pusat peradaban Islam dan dunia. Kekuasaan Seljuk Turki meliputi wilayah Mesopotamia, Suriah, Palestina, dan sebagian besar Iran.

Dalam situasi politik yang tak menentu, ketika itu, tak mudah bagi Khayyam untuk menuntut ilmu. Pada era itu, setiap dinasti berlomba untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Khayyam sempat belajar filsafat di Nishapur. Seorang temannya menuliskan sosok Umar Khayyam sebagai seorang pelajar yang dikarunia kecerdasan yang tajam dan kekuatan alam yang sangat tinggi.

Menurut sebuah legenda yang cukup termasyhur, sewaktu menuntut ilmu kepada Imam Mowaffaq, Khayyam sangat dekat dengan Nizam-ul-Mulk (lahir: 1018 M) yang menjadi pejabat di Kerajaan Seljuk dan Hassan-i-Sabah (lahir:1034 M) yang menjadi pemimpin aliran Hashshashin (Nizar Ismaili). Ketiganya kerap disebut 'Tiga Sahabat'.

Ketika Nizam-ul-Mulk menjadi penguasa, Hassan-i-Sabah dan Khayyam datang kepadanya. Jika Hassan-i-Sabah meminta jabatan di pemerintahan. Kepada sahabatnya itu, Khayyam hanya meminta disediakan tempat untuk hidup, mempelajari ilmu dan beribadah. Konon, Khayyam mendapat dana pensiun yang per tahunnya mencapai 1.200 mithkals emas.

Namun, keabsahan legenda itu diragukan sejumlah ilmuwan seperti Foroughi dan Aghaeipour. Menurut mereka, tak mungkin Khayyam dan Nizam-ul-Mulk bisa menjadi teman sekolah, karena usia mereka berbeda 30 tahun. Terlebih, ketiga orang itu hidup di tiga tempat yang berbeda. Kemungkinan, kisah persahabatan ketiga orang itu muncul, karena ketiganya sama-sama tokoh terkenal.

Khayyam terkenal lantaran keluhuran ilmu dan puisi-puisinya, sementara Hassan-i-Sabah termasyhur sebagai tentara pemberontak dan Nizam-ul-Mulk kesohor dengan kekuasaan dan aturan serta hukum yang dikendalikannya. Maka tak heran, jika pada saat itu muncul legenda tentang persahabatan tiga figur terkemuka itu.

Pada masa hidupnya, Khayyam dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronom. Pada tahun 1070 M, Khayyam memutuskan untuk hijrah ke Samarkand di Uzbekistan - sebuah kota tertua di Asia Tengah. Di tempat itu, dia mendapat dukungan dari seorang ahli hukum Samarkand bernama Abu Tahir. Dia berhasil menulis buku tentang aljabar berjudul Treatise on Demonstration of Problems of Algebra.

Salah satu kontribusinya yang lain dalam bidang matematika, dia menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Pada 1077 M, Khayyam menulis kitab Sharh ma ashkala min musadarat kitab Uqlidis (Penjelasan Kesulitan dari Postulat-postulat Euclid). Umar Khayyam juga berkontribusi dalam geometri, khususnya pada teori perbandingan.

Sebagai seorang astronom, Khayyam sempat diundang penguasa Isfahan, Malik Syah pada tahun 1073 M. Ia diminta untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium, bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyam dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari.

Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Khayyam pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa. Salah satu prestasinya dalam bidang astronomi dan matematika adalah keberhasilannya mengoreksi kalender Persia.

Pada 15 Maret 1079 M, Sultan Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072 M - 1092 M) memberlakukan kalender yang telah diperbaiki Khayyam, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM dengan koreksi terhadap Sosigenes, dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius Lilius.

Ketenarannya dalam menulis syair dan puisi membuat Khayyam lebih populer sebagai sebagai seorang penyair. Khayyam diyakini telah menulis seribu bait syair dan puisi. Puisi-puisinya yang dikenal skeptik justru begitu berpengaruh di dunia Barat. Begitu banyak yang mengagumi syair dan puisi yang diciptakannya. Di Barat, Khayyam terkenal dengan The Rub iy t of Omar Khayy m.

Seperti halnya Abu Nuwas - penyair termasyhur dari Baghdad - Umar Khayyam pun sempat diragukan akidahnya. Konon, dia menolak pemahaman bahwa setiap kejadian dan fenomena adalah akibat dari campur tangan Illahi. Sebaliknya, ia mendukung pandangan bahwa hukum-hukum alam menjelaskan semua fenomena dari kehidupan yang teramati.

Para pejabat keagamaan berulang kali meminta dia menjelaskan pandangan-pandangannya yang berbeda tentang Islam. Untuk menepis semua itu, Khayyam akhirnya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang muslim. Khayyam tutup usia pada 4 Desember 1131 M di kota kelahirannya, Nishapur, Persia. Makamnya, berada di Iran.

Rubaiyat Umar Khayyam

Rubaiyat Umar Khayyam merupakan antologi puisi karya Umar Khayyam yang ditulis dalam bahasa Persia. Antologi puisi karya ahli matematika dan astronom itu berjumlah sekitar seribu. Setiap syair dan puisi Khayyam berjumlah empat baris.

Antologi puisi dan syair Khayyam itu telah diterjemahkan kedalam berbadai bahasa. Terjemahan Rubaiyat Umar Khayyam yang paling kesohor dalam bahasa Inggris dialihbahasakan oleh Edward Fitzgerald (1809 M -1883 M). Rubaiyat Umar Kayam versi Inggris itu diterbitkan dalam lima edisi. Masing-masing pada 1859, 1868, 1872, 1879 dan 1889.

Kelima edisi itu diterbitkan oleh Fitzgerald. Selain itu, Fiizgerald juga menerjemahkan antologi puisi Umar Khayyam itu ke dalam bahasa Latin. Penerjemahan karya-karya Umar Khayyam itu sangat tergantung pada interpretasi penerjemah atas filsafat Umar Khayyam.

Rubaiyat Umar Khayyam juga diterjemahkan Friedrich von Bodenstedt (1819-1819) ke dalam bahasa Jerman. Terjemahan antologi puisi Khayyam itu diterbitkan pada 1881 dan terdiri dari 395 kuatrain.

Selain Futzgerald, Edward Henry Whinfield pun menerjemahkan karya Umar Khayyam itu ke dalam bahasa Inggris. Antologi syair dan puisi Khayyam itu diterbitkan dalam dua edisi terdiri dari 253 kuatrain pada 1882 dan 500 kuatrain pada 1883.

Puisi karya Umar Khayyam untuk pertama kalinya dialihbahasakan ke dalam bahasa Prancis oleh JB Nicolas. Alih bahasa Rubaiyat Umar Khayyam itu veris Prancis itu terdiri dari 464 kuatrain dalam prosa dan diterbitkan pada 1867. Nicolas merupakan kepala penerjemah Kedutaan Besar Prancis di Persia.

Namun, terjemahan Rubaiyat Umar Khayyam dalam bahasa Prancis yang paling populer adalah karya Franz Toussaint yang dipublikasikan tahun 1924. Terkemahan ini terdiri dari 170 kuatrain yang berasal dari naskah asli berbahasa Persia. Penerjemahan Rubaiyat Umar Khayyam juga dilakukan Edward Heron-Allen (1861-1943).

Rubaiyat Umar Khayyam juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ahmed Rami seorang penyair ternama dari Mesir. Terjemahan Rami itu tercatat sebagai hasil karya literatur Arab Modern. Laiknya, Shakespeare, karya-karya Umar Khayyam juga memiliki pengaruh yang luar biasa. Banyak penulis dan penyair yang mengikuti gayanya.

Abadi di Luar Angkasa

Umar Khayyam tetap dikenang sepanjang zaman. Mesti telah berpulang delapan abad lalu, dunia tak mungkin melupakannya. Kontribusi dan dedikasi Khayyam di bidang astronomi diabadikan sebagai salah satu nama kawah bulan. Pada tahun 1970, para astronom sepakat untuk menggunakan nama Khayyam di salah satu kawah bulan.

Tak cuma itu, nama besarnya juga terpatri menjadi salah satu nama planet kecil di luar angkasa. Pada tahun 1980, astronom dari Uni Soviet bernama Lyudmila Zhuravlyova menemukan sebuah planet kecil. Zhuravlyova kemudia menamakan planet itu Umar Khayyam.

Aneka ragam cara dilakukan masyarakat dunia untuk mengenang Khayyam. Laiknya penyair legenda, Abu Nuwas yang muncul dalam kisah Negeri 1001 Malam, sosok Khayyam pun tampil dalam novel berjudul Samarkand karya Amin Maalouf. Pada 1997, Khayyam juga diangkat penulis Hooshang Mo"eenzadeh dalam Novel berbahasa Persia yang berjudul Khayyam and That Delightful Fabrication.

Kehidupan Umar pun digambarkan dalam film berjudul Omar Khayyam pada 1957. Film itu dibintangi Cornel Wilde, Debra Page, Raymond Massey, Michael Rennie, dan John Derek. Tiga tahun lalu, kisah Umar Khayyam juga diangkat ke layar perak oleh Sutradara Iran-Amerika Kayvan Mashayekh. Film itu berjudul 'The Keeper: the Legend of Omar Khayyam'. Namanya tetap melegenda.
( heri ruslan )



Read more!-Read more
Allepo Ibu Kota Kebudayaan Islam
Sumber Republika; Kamis, 27 Maret 2008 13:54:00

Allepo Ibu Kota Kebudayaan Islam

Aleppo. Kota yang terletak di sebelah Utara Suriah ini kerap disebut dalam kajian peradaban Islam. Sejatinya, Aleppo memang merupakan salah satu kota paling penting dalam sejarah Islam. Sejak 15 abad lalu, Aleppo telah menjelma menjadi kota terkemuka dalam bidang ekonomi, sejarah, artistik, dan kebudayaan.



Tak heran jika pada tahun 2006, Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO) - organisasi kebudayaan Organisasi Konferensi Islam (OKI) - mendaulat Aleppo sebagai ibu kota kebudayaan Islam. Aleppo dinilai mampu mewakili tipe kota Islam yang ideal dalam konteks toleransi hubungan beragama.

Secara arsitektur, Aleppo juga mampu merepresentasikan sebuah kota Islam. Betapa tidak, bangunan berarsitektur Islam sejak abad ke-16 H masih kokoh berdiri. Tak cuma itu, warisan arsitektur dari beragam dinasti seperti, Umayyah, Abbasiyah, Hamdaniyah, Seljuk, Zankiyah, Ayubiyah, Mamluk, hingga Usmani masih menghias kota Aleppo.

Warisan arsitektur itu berupa istana, pintu, pasar, rumah peristirahatan, masjid, rumah sakit, pemandian umum, dan rumah-rumah bersejarah. Selain itu, Aleppo pun telah melahirkan sejumlah tokoh penting dalam khazanah keilmuwan dan peradaban Islam. Allepo pun telah menjadi semacam museum hidup bagi beragam peradaban.

Aleppo merupakan salah satu kota tertua dalam sejarah manusia. Kota itu sudah didiami manusia sejak abad ke-11 SM. Fakta sejarah itu terkuak dengan ditemukannya pemukiman di Bukit Al-Qaramel. Kota ini pun telah dikuasai oleh beragam bangsa dan peradaban sejak abad ke-4 SM, seperti; Sumeria, Akadian, Amorites, Babylonia, Hithies, Mitanian, Assyria, Arametes, Chaldeans, Yunani, Romawi, dan Bizantium.

Itulah mengapa kota Aleppo begitu banyak disebut-sebut dalam catatan sejarah dan lembaran kuno. Kali pertama, nama Aleppo disebut dalam lembaran kuno dari abad ke-3 SM. Jejak Aleppo juga terkuak selama masa kekuasaan Raja Akkadian, anak Sargon (2530 SM - 2515 SM). Aleppo kuno sempat mencapai masa kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hammurabi, Babilonia. Ketika dikuasai Romawi pada abad ke-5 M, agama Kristen pun menyebar di bumi Aleppo.

Peradaban kota tua itu memasuki babak baru ketika Islam menancapkan benderanya pada 637 M. Di bawah komando Khalid bin Al- Walid, pasukan tentara Islam berhasil memasuki kota Aleppo melalui gerbang Antakya.

Tak sulit dan tak butuh waktu lama bagi umat Islam untuk menyebarkan bahasa Arab di Aleppo. Pasalnya, penduduk di kota itu berbahasa Assyria yang tak jauh beda dengan bahasa Arab. Semenjak jatuh ke pelukan umat Islam, Aleppo pun melalui dan mengalami masa pasang-surut.

Era Khalifah
(16-222 H/ 636-836 M)
Selama berada dalam kekuasaan kekhalifahan, Aleppo belum mampu mencapai masa kejayaan. Tak juga dalam era Umayyah dan Abbasiyah. Sejarah mencatat, di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, kota Aleppo mengalami masa kemakmuran.

Kala itu, kebudayaan, intelektual dan peradaban berkembang begitu pesat di semua bidang. Salah satu bukti tumbuh pesatnya peradaban di bumi Aleppo ditandai dengan kemampuan orang-orang Aleppo untuk membuat pakaian yang amat bagus serta berdirinya istana dan sejumlah masjid terkemuka di kota itu.

Era Pasca-Khalifah
(223-532 H /837-1128 M)
Aleppo mencapai kemasyhuran dalam sejarah bangsa Arab ketika Sayf Addawla Al Hamadani menguasai kota itu. Aleppo pun kembali mencapai kemakmuran dalam bidang seni, ilmu pengetahuan dan sastra. Pada masa itu Aleppo pun menjadi ibu kota pemerintahan.

Berkembang pesatnya peradaban turut melahirkan sejumlah penulis, sastrawan dan ilmuwan terkemuka, seperti; Abu Firas Al Hamadani dan Abu Tayyeb Al Mutanabbi. Kota Aleppo pun bertambah luas meliputi; Kelikiya, Malatya, Diarbekir, Antioch, Tarsus, Mardin dan Roum Qal’a. Pada tahun 353 H, Aleppo diserang imperium Romawi.

Penduduk dibunuhi serta dijadikan budak dan bangunan-bangunan dihancurkan. Sayf Addawla melihat kota yang dibangunnya telah hancur. Ia lalu membangun kembali jembatan, bangunan, dan tembok yang telah porak-poranda. Dia mengundang orang-orang dari Qisrin untuk tinggal di kota itu. Setelah, Sayf Addawla tutup usia, selama dua abad Aleppo terperosok dalam kubangan anarki dan kekacauan.

Setelah itu, Aleppo dikuasai Dinasti Fatimiyah, Mirdassid, Turki, dan kemudian jatuh ke pangkuan Seljuk. Setelah itu Aleppo kembali diambil alih Romawi dan pada 1108 M diserbu pasukan Perang Salib (Crusader).

Kota yang diliputi anarki itu kembali pulih ketika Imad ad-Din Zengi menjadi Pangeran Aleppo. Semenjak dikuasai Pangeran Imad ad-Din dan anaknya Nur ad-Din Mahmud, Aleppo berada di bawah kekuasaan Negara Nurid (523-579 H/1128 M - 1260 M). Kondisi Aleppo pun mulai pulih. Sayangnya pada 1170 M, kota Aleppo hancur diguncang gempa bumi. Nur ad-Din kembali membangun kota yang telah hancur. Setelah Nur ad-Din wafat, Aleppo dikuasai oleh anaknya. Tampuk kekuasaan lalu beralih ke Salahudin Al-Ayubi dan kemudian berpindah ke tangan Raja Al-Zahir Ghazi - seorang raja yang hebat dan reformis.

Aleppo kembali mencapai kejayaannya pada era Dinasti Ayyubiyah (579-659 H/1183 M - 1260 M). Salah satu raja yang tersohor waktu itu bernama Ghazi Ibn Salah Eddine. Dia melindungi Aleppo dan kembali membuat nama Aleppo harum dan disegani. Era keemasan itu berakhir pada 1260 M, ketika bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan menghancurkan Aleppo.

Pada 1400 M, Mongol terusir dari Aleppo setelah ditaklukan Dinasti Mamluk. Raja Ashraf Sayf Eddine Qalawoun kembali membangun kota Allepo. Setahun kemudia, Mongol lagi-lagi diserang Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk. Mamluk kembali menguasai Aleppo dan memulihkan lagi kota segala peradaban itu.

Di era kekuasaan Sultan Qaitibay, di Aleppo dibangun Masjid Firdaus dan Khan Saboun. Kekuasaan Mamluk berakhir pada 922 H /1516 M. Setelah itu, Aleppo dikuasai kerajaan Usmani Turki (922-1337 H/- 1516-1918 M). Kota itu juga sempat diduduki tentara Prancis hingga 1946. Sejak itu, Aleppo menjadi salah provinsi Suriah.

Masjid Agung ALEPPO

Sulaiman dari Dinasti Umayyah pada 717 M, Masjid Agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia Muslim. Membangun Masjid Aleppo merupakan cita-cita Khalifah Al-Walid yang tak kesampaian.

Setelah sukses membangun Masjid Agung Damaskus, Al-Walid ingin membangun masjid serupa di Aleppo. Ketika pengerjaan Masjid Agung Aleppo baru berlangsung, Al-Walid telah berpulang. Tugas untuk membangun masjid yang kini masih berdiri kokoh di Suriah itu dilanjutkan penggantinya Khalifah Sulaiman. Pembangunan masjid itu akhirnya selesai pada tahun 717 M.

Seiring dengan bergulirnya kekuasaan di Aleppo, pada tahun 1158 M, Masjid Agung Aleppo diperluas oleh Nur Al- Din Zangi. Kebanyakan ilmuwan menyatakan, Masjid Agung Damaskus dan Aleppo sebagai masjid kembar dari sisi bentuk arsitektur. Terlebih, keduanya terletak di bekas kekuasaan Romawi dan Bizantium.

Selain itu, di Masjid Agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakariya dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Meski begitu, bentukdan konstruksi Masjid Agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga. Sedangkan, Masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari aslinya, karena Aleppo sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh serangan-serangan dari Bizantium dan tentara Mongol.

Perubahan mulai terjadi pada Masjid Agung Aleppo, ketika Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah. Menurut Sejarawan Al-Ghazi, Daulah Abbasiyah banyak mengambil mosaik, ukiran dan aksesoris seni masjid itu. Abbasiyah memindahkannya ke masjid mereka di Al-Anbar di Irak.

Namun, sejarawan Ibnu Al-Adhim memiliki cerita yang lain. Menurut dia, hilangnya mosaik Masjid Agung Aleppo justru terjadi akibat ulah Bizantium pada 962 M. Kaisar Nicephorus melakukan perusakan dan aksi vandalisme ketika Bizantium mencoba menguasai kembali Aleppo. Mereka membakar dan menghancurkan mosaik Masjid Aleppo.

Masjid Agung Aleppo kembali dibangun pada masa kekuasaan Emir Syaft A-Dawlah dari Dinasti Hamanid. Di bawah kekuasaannya, Aleppo mencapai kejayaannya dan menjelma menjadi negeri yang makmur. Aleppo pun dijadikan ibu kota pemerintahan Hamanid dan menjadi pusat kebudayaan yang penting. Sayf Al-Dawlah memberi perhatian yang begitu besar untuk membangun kembali masjid-masjid yang dibakar.

Bagian masjid yang masih asli buatan abad ke-8 M yang masih tersisa waktu itu hanyalah halaman yang dikelilingi tembok, kubah, dan air mancur. Sehingga, Dinasti Hamanid melakukan perbaikan secara besar-besaran. Dinasti Seljuk juga sempat merenovasi Masjid Agung Aleppo pada abad ke-11 M dan mulai membangunkan menara.

Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan Umayyah, namun Masjid Agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia Islam. ‘’Pada abad ke-15 M, Masjid Agung Aleppo bersaing dengan Masjid Damaskus dalam hal dekorasi, cat, serta mosaik,’’ papar Ibnu Al-Shihna. Masjid Agung Aleppo paling tidak mewarisi sentuhan dari beragam dinasti Islam yang pernah berjaya.

Tokoh-tokoh yang Berkarya di Aleppo

Al-Farabi
Sosok dan pemikiran Al-Farabi hingga kini tetap menjadi perhatian dunia. Dialah filosof Islam pertama yang berhasil mempertalikan serta menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehingga, bisa dimengerti di dalam konteks agamaagama wahyu. Pemikirannya begitu berpengaruh besar terhadap dunia Barat.

Al-Farabi mengembangkan karyakaryanya di Aleppo. Pada akhir tahun 942 M, dia hengkang dari Baghdad ke Aleppo, karena situasi politik yang memburuk. Selama dua tahun tinggal di Aleppo, pada siang hari Al- Farabi bekerja sebagai penjaga kebun dan malam hari, dia membaca dan menulis karya-karya filsafat. Ia sempat pula hijrah ke Mesir dan lalu kembali lagi ke Damaskus pada 949 M.

Ketika tinggal di Aleppo untuk yang kedua kalinya, Al-Farabi mendapat perlindungan dari putra mahkota penguasa baru Suriah, Syaf al- Daulah. Syaf al-Daulah sangat terkesan dengan Al-Farabi karena kemampuannya dalam bidang filsafat, bakat musiknya, serta penguasaannya atas berbagai bahasa.

Ratusan kitab telah dihasilkan Al- Farabi. Kehidupan sufi yang dijalaninya membuatnya tetap hidup sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Ia tutup usia di Damaskus pada 970 M. Amir Sayf ad-Dawla kemudian membawa jenazahnya dan menguburkannya di Damaskus. Ia dimakamkan di pemakaman Bab as- Saghir yang terletak di dekat makam Muawiyah, yang merupakan pendiri dinasti Ummayah.

Al-Khawarizmi (780 M-830 M)
Sebagian besar hidup al- Khawarizmi didedikasikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sederet karya lahir dari buah pikirnya. Aljabar merupakan buku pertama karya Khawarizmi yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Tak heran, bila kemudian dunia mendaulatnya sebagai Bapak Aljabar. Berkat jasanya pula, sistem penomoran posisi desimal terlahir.

Kontribusinya yang begitu berdampak besar tak hanya dalam matematika. Dalam masalah kebahasaan pun, Khawarizmi begitu berpengaruh. Kata logarisme dan logaritma yang diambil dari kata Algorismi merupakan Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga diserap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Ilmuwan Islam yang bergelar Abu Ja’far itu antara lain telah melahirkan berbagai karya seperti; sistem Nomor lewat kitabnya berjudul Mufatih al-Ulum yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin De Numero Indorum. Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind merupakan hasil pemikiran Khwawarizmi.

Kitab tentang Aljabar lainnya yang ditulis Khawarizmi adalah Al- Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al- Muqabalah. Kitab ini diterbitkan pada 820 M. Khawarizmi juga menulis kitab berjudul Al-Jabr wa’l Muqabalah yang membahas penggunaan secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Kitab yang paling fenomenal adalah Hisab al-Jabr wa al- Muqabalah.
(heri ruslan )


Read more!-Read more
<$BlogDateHeaderDate$>
Cikal-Bakal Pelayanan Berstandar Tinggi
Sumber Republika, Selasa, 18 Maret 2008

Cikal-Bakal Pelayanan Berstandar Tinggi



Pelayanan berstandar tinggi merupakan salah ciri utama rumah sakit (RS) Islam di era kekhalifahan. Pencapaian gemilang di era keemasan itu tak pernah tertandingi bangsa dan peradaban lainnya. Para khalifah memberi perhatian secara khusus tak hanya pada pendidikan namun juga taraf kesehatan rakyatnya.




Bukan tanpa alasan jika pemerintahan Islam di era keemasan menerapkan pelayanan kesehatan tinggi bagi rakyatnya. Para khalifah menyadari bahwa kesehatan merupakan bagian dari peradaban sebuah bangsa. Apalagi umat Islam meyakini bahwa setiap penyakit ada obatnya. Sehingga membutuhkan ilmu kedokteran yang dapat menyembuhkan penyakit dengan standar pelayanan yang bagus.

Apalagi, ketika itu masyarakat Muslim hidup dalam kemakmuran. Mereka pasti akan mencari pengobatan yang terbaik. Selain itu, pada era keemasan ilmu pendukung kedokteran dan kesehatan tengah berkembang dengan begitu pesat. Maka, melayani kesehatan masyarakat dengan standar yang tinggi merupakan sebuah keharusan.

Pelayanan kesehatan berstandar pada era keemasan Islam juga ditopang dengan prestise dokter yang tinggi. Kala itu, para dokter dibayar dengan gaji yang sangat tinggi. Selain itu, setiap orang dari berbagai status memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi dokter.

Meski begitu, upaya yang harus ditempuh untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah. Seseorang bisa diterima menjadi mahasiswa kedokteran apabila menguasai studi Islam, filasafat, astronomi, seni, kimia, dan lainnya. Dokter adalah orang yang bijak dan berpengetahuan.

Tingginya standar pelayanan RS juga didukung keterlibatan dan keberpihakan penguasa dalam mengelola layanan publik. Para khalifah membangun RS di wilayah kekuasaan didasarkan atas alasan agama, keabadian, dan politik. Secara agama tentu alasannya ibadah. Dari sisi keabadian, dengan membangun RS para pemimpin itu ingin tetap dikenang. Sedangkan dari kaca mata politik, ingin menunjukan sebagai pemimpin memperhatikan nasib rakyatnya. Apapun alasannya, rakyat menikmati fasilitas kesehatan berstandar tinggi itu.

Selain itu, pelayanan kesehatan berstandar tinggi itu juga didukung dengan pendanaan yang cukup. Para penguasa mengalokasikan dana untuk operasional RS. Selain itu, RS beroperasi dengan batuan dan donasi serta wakaf dari umat Islam ketika itu. Sudah semestinya, konsep ideal ini ditiru para pemimpin dan penguasa saat ini. hri
( )



Read more!-Read more
RS Islam Terkemuka di Era Keemasan
Sumber Republika, Selasa, 18 Maret 2008

RS Islam Terkemuka di Era Keemasan



Damaskus: RS Al-Nuri -- RS terkemuka pertama yang didirikan pada tahun 706 M. Yerusalem: RS Al-Salahani dibangun pada 1187 M. Awalnya bernama RS Saint John. RS itu hancur diguncang gempa bumi pada 1458 M. Irak : RS Baghdad didirikan Khalifah Al-Mansur pada 776 M. Pada 918 M, Khalifah Al-Mugtadir mendirikan dua RS yakni, Al-Sayyidah dan Al- Mugtadiri. Pada 981 M berdiri pula RS Al-Adudi. Mesir : RS Al-Fusta. Berdiri di kota Fustat pada 872 M pada masa kekuasaan Ahmed Ibnu Tulun. Pada tahun 1284 M, Raja Al-Mansur Qalawun membangun RS Al-Mansuri Hospital. Tunisia: RS Al-Qayrawan, berdiri di kota Qayrawan pada 830 M dibangun Pangeran Ziyadat Allah I. Moroko: RS Marakech. Didirikan pada 1190 M oleh Raja Al-Mansur Ya'qub Ibn-Yusuf di kota Marakech. Spanyol: RS Granada. Dibangun pada 1366 M oleh Pangeran Muhammed Ibnu-Yusuf Ibnu Nasr. hri
( )





Read more!-Read more
BIMARISTAN
Sumber Republika, Selasa, 18 Maret 2008

BIMARISTAN
Konsep Ideal Rumah Sakit Islam


Sebelum Islam datang dan mencapai masa kejayaannya, dunia ternyata belum mengenal konsep rumah sakit (RS), seperti saat ini. Bangsa Yunani, misalnya, merawat orang-orang yang sakit di petirahan yang berdekatan dengan kuil untuk disembuhkan pendeta. Proses pengobatannya pun lebih bersifat mistis yang terdiri dari sembahyang dan berkorban untuk dewa penyembuhan bernama Aaescalapius.





Menurut Ketua Institut Internasional Ilmu Kedokteran Islam, Husain F Nagamia MD, sederet RS baru dibangun dan dikembangkan mulai awal kejayaan Islam. Pada masa itu tempat mengobati dan merawat orang yang sakit dikenal dengan sebutan `Bimaristan' atau 'Maristan'. ''Ide membangun RS sebagai tempat merawat orang sakit mulai diterapkan pada awal kekhalifahan Islam,'' papar Husain.

RS pertama dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705 M - 715 M) - seorang khalifah dari Dinasti Umayyah. Tempat perawatan yang dikenal dengan nama `Bimaristan' itu disediakan tak hanya pagi penderita leprosoria tapi juga bagi penderita lepra yang saat itu merajalela. Untuk merawat para pasien itu, khalifah menggaji tenaga perawat dan dokter.

''RS Islam pertama yang sebenarnya dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M - 809 M),'' ungkap Husain. Setelah berdirinya RS Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai bermunculan RS lainnya. Konsep pembangunan beberapa RS di Baghdad itu merupakan ide dari Al-Razi, dokter Muslim terkemuka.

Dalam catatan perjalanannya, seorang sejarawan bernama Djubair sempat mengunjungi Baghdad pada 1184 M. Ia melukiskan, RS yang ada di Baghdad seperti sebuah `istana yang megah'. Airnya dipasok dari Tigris dan semua perlengkapannya mirip istana raja. Menurut Dr Hossam Arafa dalam tulisannya berjudul Hospital in Islamic History pada akhir abad ke-13, RS sudah tersebar di seantero Jazirah Arabia.

Pada era keemasan, RS Islam yang tersebar di kawasan Arab itu memiliki karakteristik yang khas. Pertama, RS Islam melayani semua orang tanpa membedakan warna kulit, agama, serta latar belakang asal usul lainnya. RS Islam dikelola pemerintah. Direkturnya biasanya seorang dokter. Di RS itu semua dokter dengan keyakinan agama yang berbeda bahu-membahu bekerja sama untuk menyembuhkan pasiennya.

Kedua, sudah menerapkan pemisahan bangsal. Pasien pria dan wanita menempati bangsal yang terpisah. Penderita penyakit menular juga dirawat di tempat yang berbeda dengan pasien lainnya. Ketiga, pembagian perawat. Perawat pria bertugas merawat pria dan perawat wanita merawat pasien wanita.

Keempat, memperhatikan kamar mandi dan pasokan air. Shalat lima waktu merupakan rukun Islam yang wajid bagi setiap Muslim. Baik dalam kondisi sehat maupun sakit, shalat tetap merupakan sebuah kewajiban. Meski begitu, orang yang sakit mendapat keringan untuk melaksanakan shalat berdasarkan kemampuan fisiknya.

Bagi mereka yang tak mampu, bisa shalat sembari tidur di atas kasur. Sebelum menunaikan ibadah shalat, setiap Muslim harus berwudhu membersihkan muka, tangan, kepala dan kaki. Untuk memenuhi kebutuhan itu, RS menyediakan air yang melimpah dengan dilengkapi fasilitas kamar mandi.

Kelima, tak sembarang dokter bisa berpraktik di RS. Hanya dokter-dokter yang berkualitas yang diizinkan untuk mengobati pasien di RS. Khalifah Al-Mugtadir dari Dinasti Abbasiyah sangat memperhatikan betul kualitas dokter yang bertugas di RS. Untuk memastikan semua dokter berkualitas, khalifah memerintahkan kepala dokter istana, Sinan Ibn-Thabit untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di Baghdad.

Dokter yang mendapat izin praktik di RS hanyalah mereka yang lolos seleksi yang ketat. Tak hanya di Baghdad, khalifah juga memerintahkan Abu Osman Sa'id Ibnu Yaqub untuk melakukan seleksi serupa di wilayah Damaskus, Makkah dan Madinah. Hal itu dilakukan, lantara dua kota suci itu setiap tahunnya dikunjungi jamaah haji dari seluruh dunia.

Keenam, RS Islam pada zaman kekhalifahan tak hanya sekedar tempat untuk merawat dan mengobati orang sakit. RS juga berfungsi sebagai tempat menempa mahasiswa kedokteran, tempat pertukaran ilmu kedokteran, dan pusat pengembangan dunia kesahetan dan kedokteran secara keseluruhan. RS besar dan terkemuka dilengkapi dengan perpustakaan mewah yang memiliki koleksi buku-buku terbaru. Selain itu, RS Islam zaman kekhalifahan juga dilengkapi auditorium untuk pertemuan dan perkuliahan. Di kompleks RS juga berdiri mess atau perumahan untuk mahasiswa kedokteran serta staf RS.

Ketujuh, untuk pertama kalinya dalam sejarah, RS Islam menyimpan data pasien dan rekam medisnya. Konsep itu hingga kini digunakan RS yang ada di seluruh dunia. Kedelapan, selama era Islam ilmu farmasi dan prpfesi apoteker telah berkembang menjadi ilmu dan profesi terkemuka.

Apotek dan apoteker sudah berkembang pesat. Tak heran, jika obat-obatan baru tiap waktu terus bermunculan. Pada saat itu, umat Islam yang menguasai perdagangan telah menjalin kontak dengan bangsa-bangsa terkemuka di dunia. Ilmu kimia yang menopang farmasi juga berkembang pesat.

RS di era keemasan Islam bertugas untuk merawat seluruh pasien baik laki-laki maupun perempuan sampai benar-benar sembuh. Tak hanya itu, seluruh biaya ditanggung pihak RS. Mereka yang dilayani secara prima dan cuma-cuma itu bisa pendatang, orang asing, orang pribumi, kaya atau miskin, bekerja atau pengangguran, bodoh atau pintar, cacat atau normal diperlakukan secara sederajat dan adil.

Tak ada persyarakat tertentu dan pembayaran. Tak ada pasien yang ditolak untuk dirawat dan berobat. Semua pelayanan di RS itu dilakukan dengan mengharap keridhaan Sang Pencipta, Allah SWT. Lagi-lagi, Islam lebih dulu unggul dan maju dibanding Barat.

Konsep RS Islam di era keemasan yang begitu modern itu kemudian ditiru dan dijadikan model oleh bangsa-bangsa di Eropa. Tak cuma itu, Barat juga banyak mempelajari kitab-kitab kedokteran yang dihasilkan para dokter Muslim. Adakah RS Islam di Indonesia yang meniru konsep RS di era keemasaan Islam itu? heri ruslan
( )


Read more!-Read more
Al-Jazari
Sumber, Republika Rabu, 19 Maret 2008
Al-Jazari
Peletak Dasar Teknik Moderen

Delapan abad lalu jasadnya telah terkubur. Namun, nama besar dan karya besarnya tak lekang digerus zaman. Dunia teknik moderen tetap mengenang dan memperingati kelahiran sederet mahakarya yang diciptakannya pada abad ke-12 M.


Dialah Al-Jazari (1136 M - 1206 M) - ilmuwan muslim terkemuka - yang didaulat dunia sebagai 'Bapak Teknik Moderen'. Insinyur yang juga didapuk sebagai 'Bapak Perintis Robot' itu juga dikenal dunia sebagai peletak sejarah teknologi modern. Penemu berbagai peralatan teknologi itu bernama lengkap Al-Shaykh Ra'is Al-A`mal Badi`Al-Zaman Abu Al-`Izz ibn Isma`il ibn Al-Razzaz Al-Jazari. Namanya mengguncang jagad teknologi dunia lewat kitabnya yang fenomenal berjudul Al-Jami `bayn al-`ilm wa 'l-`amal al-nafi `fi sina `at al-hiya (Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik).

Inilah risalah paling penting dalam tradisi teknik mesin Islam, juga dunia. Lewat karyanya itu, Al-Jazari juga telah meletakan dasar kerja dalam sejarah teknologi. Tak heran, jika kitab teknologi yang ditulisnya itu mampu `menyihir' dan membetot perhatian para ahli sejarah teknologi dan sejarawan seni dunia.

Selain dikenal sebagai seorang penemu dan insinyur besar, dunia juga mengenalnya sebagai seorang seniman hebat. Betapa tidak, dalam risalah fenomenal yang diciptakannya, secara gamblang dan lugas Al-Jazari melukiskan penemuannya dengan lukisan khas bergaya Islami era kekhalifahan.

Lukisan miniatur dari karya-karya yang diciptakannya itu berisi petunjuk dan tata cara untuk membuat peralatan atau teknologi yang diciptakannya. Sehingga, setiap pmemungkinkan setiap pembaca risalahnya untuk merangkai dan menbuat beragam penemuannya itu.

Tak pelak, risalah yang berisi 50 penemuan yang diciptakannya itu mengundang decak kagum para sejarawan teknologi dunia. ''Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, dia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin,'' ungkap Sejarawan Inggris Donald R Hill dalam tulisannya berjudul Studies in Medieval Islamic Technology.

Sejarawan lainnya yang terpesona dengan risalah penemuan Al-Jazari adalah Lynn White. ''Jelas sudah bahwa penemua roda gigi pertama dalah Al-Jazari. Barat baru menemukannya pada tahun 1364 M.'' Menurut Lynn, kata gear (roda gigi) baru menjadi pembendaharaan kata atau istilah dalam desain mesin Eropa pada abad ke-16 M.

Dalam pandangan Donald Hill, tak ada satu pun dokumen yang mampu menandingi karya Al-Jazari sampai abad moderen ini. Menurut dia, risalah penemuan Al-Jazari begitu kaya akan instuksi mengenai desain, pembuatan dan perakitan mesin-mesin.

''Al-Jazari tak hanya mampu memadukan teknik-teknik para pendahulunya dari Arab dan non-Arab, tapi juga dia benar-benar seorang insinyur yang kreatif,'' papar Donald Hill yang begitu mengagumi Al-Jazari. Ketertarikannya atas karya sang insinyur Muslim, Donal Hill pun terpacu untuk terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974.

Penerjemahan risalah Al-Jazari itu akhirnya mampu mematahkan klaim Barat ata pencapaian teknologi yang dicapainya. Ternyata, jauh sebelum Barat menemukan teknologi yang dibanggakannya, Al-Jazari telah menemukannya. Bahkan, Barat justru banyak meniru dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditemukan para ilmuwan Islam.

Sebagai seorang insinyur Muslim, Al-Jazari juga tak pernah menyembunyikan pengetahuan yang dikuasai dari orang lain. Namun, tak seperti karya-karya ciptaannya yang begitu gamblang, jejak kehidupan pribadi sang insinyur tak begitu banyak dikupas. Satu-satunya sumber yang mengupas otobiografinya ada di dalam pengantar buku yang ditulisnya. Sehingga, kita tak bisa mengetahui hari dan tanggal kelahiran Al-Jazari. Dia diperkirakan lahir pada 1136 M. Dalam pembukaan risalah penemuan yang ditulisnya, Al-Jazari menyebut secara lengkap identitas dirinya sebagai 'al-Shaykh Ra'is al-A`mal Badi`al-Zaman Abu al-`Izz ibn Isma`il ibn al-Razzaz al-Jazari.'

Gelar Ra'is Al-A`mal yang melekat pada namanya menunjukkan bahwa Al-Jazari adalah seorang pemimpin para insinyur kala itu. Sedangkan titel Badi`al-Zaman dan Al-Shaykh yang disandangnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang ilmuwan yang unik, tak tertandingi kehebatannya, menguasai ilmu yang tinggi, serta bermartabat.

Sedangkan, kata `Al-Jazari' yang melekat pada nama lengkapnya itu menunjukkan amsalnya. Keluarga Al-Jazari berasal dari Jazirah Ibnu Umar di Diyar Bakr, Turki. Namun, hipotesis lainnya menyebutkan bahwa Al-Jazari terlahir di Al-Jazira, sebuah kawasan yang terletak di sebelah utara Mesopotamia -- yakni kawasan di utara Irak dan timur laut Syiria. Tepatnya antara Tigris dan Eufrat.

Di sanalah Al-Jazari mencurahkan hidupnya sebagai seorang insinyur dengan menciptakan berbagai mesin. Para penjelajah dan pelancong yang tandang ke wilayah itu pada abad ke-12 M mengagumi kemakmuran yang diraih Dinasti Artukid. Pada saat itu pula, kedamaian dan stabilitas politik dan keamanan begitu terkendali.

Seperti halnya sang ayah, Al-Jazari mengabdikan dirinya pada raja-raja dari Dinasti Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik. Semasa hidupnya, Al-Jazari mengalami tiga kali suksesi kepemimpinan di Dinasti Artukid, yakni; Nur al-Din Muhammad ibn Arslan (570 H - 581 H/ 1174 M - 1185 M); Qutb al-Din Sukman ibn Muhammad (681 H - 697 H/ 1185 M - 1200 M); dan Nasir al-Din Mahmud ibn Muhammad (597 H - 619 H/ 1200 M - 1222 M).

Atas permintaan Nasir al-Din Mahmud, Al-Jazari menuliskan seluruh penemuannya dalam sebuah risalah yang fenomenal. Dalam pengantar risalahnya, Al-Jazari mengungkapkan bahwa dirinya mulai mengabdi pada Dinasti Artuqid pada tahun 570 H/1174 M. Ia risalah penemuannya, setelah 25 tahun bersama menjadi ahli teknik di bawah kepemimpinan tiga raja Dinasti Artuqid.

Berdasarkan informasi itu, kita dapat menyimpulkan, kemungkinan Al-Jazari menulis risalahnya pada tahun 595 H/1198 M, atau dua tahun sebelum Nasir Al-Din didaulat menjadi raja. Menurut naskah Oxford, Al-Jazari merampumgkam risalahnya yang mengguncang dunia teknik modern pada 16 Januari 1206 M.

Karya besar Al-jazari itu disempurnakan oleh Muhammad ibn Yusuf ibn `Uthman al-Haskafiat pada akhir Sya'ban 602 H/ 10 April 1206. Dari catatan Haskapi, pada saat itu Al-Jazari sudah tiada. Dari catatan itulah, Al-Jazari diperkirakan wafat pada tahun 602 H/1206 M - beberapa bulan setelah dia menyelesaikan karyanya.

Berkat karya-karyanya yang begitu gemilang, Al-Jazari telah turut mengangkat sejarah peradaban Islam pada kejayaannya di abad ke-12 M. Saat itu, dunia Islam mampu mencapai peradaban paling tinggi. heri ruslan
( )


Read more!-Read more
'Bapak Robot' dari Abad ke-12 M
Sumber Republika, Rabu, 19 Maret 2008

'Bapak Robot' dari Abad ke-12 M



Robot ternyata bukanlah produk teknologi asli Barat dan Jepang. Sebenarnya, dunia Islam-lah yang pertama kali menciptakan robot yang berbentuk mirip manusia. Karya fenomenal itu telah dirintis seorang insinyur Muslim tersohor bernama Al-Jazari.



Pada awal abad ke-13 M, Al-Jazari telah mampu menciptakan robot yang bisa diprogram serta bentuknya mirip manusia (humanoid). Fakta itu sekaligus mematahkan klaim Barat sebelumnya yang menyatakan bahwa Leonardo da Vinci merupakan perintis teknologi robot pertama pada 1478 M. Mesin robot yang diciptakan Al-Jazari berbentuk sebuah perahu yang terapung di sebuah danau yang ditumpangi empat robot pemain musik.

Robot yang terdiri dari dua penabuh drum, seorang peniup harpa dan pemain suling logam itu diciptakan untuk menghibur para tamu kerajaan dalam acara jamuan minum. Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin robot. Tak heran, bila dunia mendaulatnya sebagai 'Bapak Robot'. Hasil penemuannya itu diakui dunia. Kehebatan seorang Al-Jazari ini membuktikan bahwa Islam lebih dulu berjaya dalam bidang teknologi ketimbang Barat. Umat Islam tampaknya perlu kembali menghidupkan semangat Al-Jazari untuk mengenang 800 tahun kepergiannya. hri


Read more!-Read more
Al-Jazari Sang Maestro
Sumber Republika, Rabu, 19 Maret 2008 13:22:00

Adikarya Sang Maestro

Sebagai seorang insinyur Muslim terkemuka, Al-Jazari telah mempelopori lahirnya sederet adikarya dalam bidang teknik dan teknologi. Berikut ini adalah sumbangsih Al-Jazari terhadap dunia teknologi modern:

ù Mekanisme dan Metode
Jika dibandingkan dengan teknologi pada era millenium baru tentu karya-karya Al-Jazari terbilang biasa saja. Namun, aspek yang paling penting dari mesin-mesin penemuan Al-Jazari adalah mekanisme, komponen, idea, metode, serta desain fitur yang digunakan. Teknologi canggih saat ini boleh jadi banyak meniru pada aspek-aspek terpenting yang ditampilkan Al-Jazari pada mesin temuannya




ù Mesin Engkol
Al-Jazari berhasil menciptakan mesin engkol yang terhubung dengan sistem rod. Mesin yang ditemukan pada 1206 M itu digunakan pada pompa air. Mesin engkol ini mampu menghasilkan gerakan berterusan. Penemuan mesin engol ini begitu penting bagi orang-orang Eropa, karena mereka baru menemukannya pada abad ke-15 M. Mesin engkol ini merupakan pengembangan dari engkol tangan yang sebelumnya berkembang di Cina pada era Dinasti Han.

ù Desain dan Metode Konstruksi
''Kita menyaksikan untuk pertama kalinya dalam sistem kerja Al-Jazari terdapat beberapa konsep penting dalam desain dan konstruksi,'' ungkap Donal R Hill, Sejarawan Teknologi asal Inggris. Menurut dia, Al-Jazari telah mempelopori pembelahan kayu untuk meminimalisasi pembengkokan. Dia juga merintis keseimbangan roda statis serta banyak lagi.

ù Mekanisme Pelepasan dalam Roda Berputar
Al-Jazari menemukan sebuah metode untuk mengendalikan perputaran kecepatan pada sebuah roda dengan menggunakan mekanisme pelepasan.

ù Kontrol Mekanik
Menurut Donald R Hill, Al-Jazari telah merintis apa yang disebut dengan kontrol mekanik. Hal itu dibuktikan dengan sebuah pintu besi yang besar - sebuah kombinasi kunci dan sebuah kunci dengan baut.

ù Roda gigi
Segmental gear (roda gigi) merupakan penemuan penting lainnya dari Al-Jazari. Dia merupakan insinyur perintis yang menemukan roda gigi. Penemuannya itu jauh mendahului jam astronomi Giovanni de Dondi pada tahun 1364, dan karya Francesco di Giorgio (1501 M) dalam khasanah desain permesinan Eropa.

ù Mesin Pemompa Air
Al-Jazari menemuka lima mesin untuk memompa air, seperti watermill dan water wheel. Dalam pembuatan mesin pompa air ini, Al-Jazari memperkenalkan ide-ide yang paling penting serta komponen-komponen.

ù Saqiya
Al-Jazari pertama kali menggunakan mesin engkol untuk mesin saqiya. Kala itu, Al-Jazari memikul tanggung jawab untuk merancang lima mesin. Dua mesin pertamanya merupakan modifikasi terhadap Shaduf, mesin ketiganya adalah pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air menggantikan tenaga binatang. Satu mesin yang sejenis dengan Saqiya diletakkan di Sungai Yazid di Damaskus dan diperkirakan mampu memasok kebutuhan air di rumah sakit yang berada di dekat sungai tersebut.

ù Sistem Pemasok Air
Al-Jazari merupakan insinyur pertama yang mengembangkan sistem penyuplai air yang digerakan dengan roda gigi dan tenaga air. Teknologi ini dikembangkan di Damaskus untuk menyuplai air ke masjid dan Bimaristan atau rumah sakit.

ù Otomatis
Al-Jazari menemukan alat yang bergerak otomatis yang menggunakan tenaga air. Dia juga menciptakan pintu otomatis sebagai bagian pengembangan jam airnya. Dia juga mendesain dan merancang sejumlah automata lainnya, seperti mesin otomatis, peralatan rumah tangga, dan automata musik yang digerakkan air.

ù Jam
Al-Jazari juga merancang dan membuat beragam jam. Ada jam air, jam astronomi, serta jam lilin. Jam air yang diciptakannya sempat direkonstruksi secara sukses di Science Museum di London pada 1976. Al-Jazari juga sukses membuat jam astronomi dengan energi air yang dapat memperlihatkan pergerakan model Matahari, Bulan dan bintang. Jam astronomi paling tinggi yang diciptakannya mencapai 11 kaki (3,35 meter).hri



Read more!-Read more
<$BlogDateHeaderDate$>
SULTAN MUHAMMAD II
Sumber; Republika Rabu, 05 Maret 2008
SULTAN MUHAMMAD II
Sang Penakluk Konstantinopel

Teka-teki mengenai sosok ‘pemimpin terbaik’ seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW akhirnya terjawab sudah. Sang penakluk Konstantinopel itu bernama Sultan Muhammad Al-Fatih atau Barat menyebutnya Sultan Mehmed II. Pemimpin yang telah diprediksi Rasulullah delapan abad sebelumnya itu terlahir pada 29 Maret 1432.



Itu berarti, Sultan Muhammad tampil secara gemilang memimpin ratusan ribu tentara Muslim menggempur ibukota Bizantium pada usia 21 tahun. Sebuah pencapain yang begitu gemilang. Ketika Sultan Muhammad terlahir ke dunia, kedua orangtuanya sudah melihat isyarat bahwa sang buah hati akan menjadi pimpinan besar.

Menjelang kelahirannya, sang ayah Sultan Murad - juga sebenarnya sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk menggempur imperium Bizantium yang berbasis di Konstantinopel. Seorang ulama besar Syekh Syamsuddin Al Wali dari Khurasan sudah melihat tanda-tanda pada bayi yang diberi nama Muhammad itu.

Syekh Syamsuddin Al-Wali pun mendidik dan membimbing Sultan Muhammad II sejak masih kecil hingga menemaninya ke medan pertempuran untuk menaklukkan Konstantinopel. Sultan yang bergelar Al-Fatih atau ‘Sang Penakluk’ itu digembleng dengan pendidikan tarekat sufi dan keterampilan berperang. Ia didik dengan disiplin tinggi dan keras.

Sehingga, Sultan Muhammad II sudah terbiasa dalam hidup susah dan menahan hawa nafsu. Ujian dan latihan yang dilaluinya sejak masa kecil itu, kelak membuatnya menjadi seorang pemuda berjiwa kuat dan tahan banting. Semua itu dipersiapkan demi untuk menepati janji Sang Pencipta melalui Rasulullah SAW, yakni menaklukkan Konstantinopel.

Pelajaran teknik dan strategi perang didalaminya dari sejumlah panglima berpengalaman. Menginjak usia 19 tahun, Pengeran Muhammad akhirnya didaulat menjadi sultan. Sebelum sukses menjebol benteng Bizantium, dia mendidik tentara dan rakyatnya agar menjadi orang-orang bertaqwa. Bermodalkan itulah, dia mammpu menggerakkan semangat para tentaranya untuk berjuang menegakkan janji Tuhan. Merebut Konstantinopel dari kekuasaan Bizantium. Janji itu akhirnya terbukti. hri
( )


Read more!-Read more
http://republika.co.id/koran_detail.asp?id=326077&kat_id=177
Sumber; Republika Kamis, 06 Maret 2008
Laksamana Cheng Ho
Penjelajah Muslim Hebat dari Tiongkok

Sekitar tahun 1930-an, sejarah kehebatan seorang laksamana laut asal Tiongkok pada abad ke-15 mulai terkuak. Adalah batu prasasti di sebuah kota di Provinsi Fujian, Cina yang bersaksi dan mengisahkan jejak perjalanan dan petualangan seorang pelaut andal dan tangguh bernama Cheng Ho atau Zheng He.



Catatan perjalanan dan penjelajahan yang luar biasa hebatnya itu tak hanya memiliki arti penting bagi bangsa Cina. Jejak hidup Laksamana Cheng Ho juga begitu berarti bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Seperti halnya, petualang hebat dari Maroko, Ibnu Battuta, Cheng Ho pernah singgah di Nusantara dalam ekspedisinya.

Matt Rosenberg, seorang ahli geografi terkemuka dunia mengungkapkan, ekspedisi laut yang dipimpin Cheng Ho telah dilakukan 87 tahun sebelum penjelajah kebanggaan Barat, Christopher Columbus, mengarungi luasnya samudera biru. Tak hanya itu, ekspedisi arung samudera yang dilakukan Cheng Ho juga jauh lebih awal dari penjelajah asal Portugis, Vasco da Gama dan petualang asal Spanyol, Ferdinand Magellan.

Petualangan antarbenua yang dipimpin Cheng Ho selama 28 tahun (1405 M -1433 M) itu berlangsung dalam tujuh kali pelayaran. Menurut Rosenberg, tak kurang dari 30 negara di benua Asia dan Afrika disinggahi Cheng Ho. Jarak tempuh ekspedisi yang dipimpin Cheng Ho beserta pengikutnya mencapai 35 ribu mil.

Dalam batu prasasti yang ditemukan di Provinsi Fujian itu, Cheng Ho mengatakan bahwa dirinya diperintahkan kaisar Dinasti Ming untuk berlayar mengarungi samudera menuju negara-negara di luar horizon. Dalam ekspedisinya mengelilingi benua Afrika dan Asia itu, Cheng Ho mengerahkan armada raksasa dengan puluhan kapal besar dan kapal kecil serta puluhan ribu awak.

Pada ekspedisi pertama, ia mengerahkan 62 kapal besar dan belasan kapal kecil yang digerakkan 27.800 ribu awak. Pada pelayaran ketiga, Cheng Ho menurunkan kapal besar sebanyak 48 buah dengan 27 ribu awak. Sedangkan pada pelayaran ketujuh, tak kurang dari 61 kapal besar dikerahkan dengan awaknya mencapai 27.550 orang. Padahal, ekspedisi yang dilakukan Columbus saat menemukan benua Amerika hanya mengerahkan tiga kapal dengan awak mencapai 88 orang.

Sebuah ekspedisi yang benar-benar dahsyat. Dalam setiap ekspedisi itu, secara khusus Cheng Ho menumpangi 'kapal pusaka'. Sebuah kapal terbesar pada abad ke-15 M. Betapa tidak, panjangnya saja mencapai 138 meter dan lebarnya sekitar 56 meter. Ukuran kapal yang digunakan Cheng Ho untuk menjelajah samudera itu lima kali lebih besar dibanding kapal Columbus.

Menurut sejarawan, JV Mills kapasitas `kapal pusaka' itu mencapai 2.500 ton. Pencapaian gemilang Cheng Ho melalui ekspedisi lautnya pada abad ke-15 M menunjukkan betapa peradaban Cina telah memiliki kapal-kapal besar serta kemampuan navigasi untuk menjelajahi dunia. Anehnya, keberhasilan yang dicapai Cheng Ho itu tak diikuti dengan ekspedisi berikutnya.

''Cheng Ho terlahir sekitar tahun 1371 M di Provinsi Yunan sebelah baratdaya Cina," ungkap Rosenberg. Nama kecilnya adalan Ma Ho. Dia tumbuh dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Muslim. Apalagi, sang ayah pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah. Menurut Rosenberg, nama keluarga Ma digunakan oleh keluarga Muslim di Tiongkok merujuk pada Muhammad.

Ketika berusia 10 tahun (1381 M), Ma Ho kecil dan anak-anak yang lain ditangkap tentara Cina yang menginvasi wilayah Yunan. Pada usia 13 tahun, dia dan tahanan muda lainnya dijadikan pelayan rumah tangga Pangeran Zhu Di - anak keempat kaisar Cina. Namun, Ma Ho menjadi pelayan khusus Pangeran Zhu Di.

Pergaulannya dengan pangeran, membuat Ma Ho menjadi pemuda yang tangguh. Dia jago berdiplomasi serta menguasai seni berperang. Tak heran, bila dia kemudian diangkat menjadi pegawai khusus pangeran. Nama Ma Ho juga diganti oleh Pangeran Zhu Di menjadi Cheng Ho. Alasannya, kuda-kuda milik abdi (kasim) kaisar terbunuh dalam pertempuran di luar Istana yang dinamakan Zhenglunba.

"Cheng Ho juga dikenal sebagai San Bao yang berarti `tiga mutiara','' papar Rosenberg. Cheng Ho yang memiliki tinggi badan sekitar tujuh kaki, posisinya kian menguat ketika Zhu Di diangkat menjadi kaisar pada 1402. Cheng Ho pun lalu didaulat menjadi laksamana dan diperintahkan untuk melakukan ekspedisi. Cheng Ho, merupakan abdi istana pertama yang memiliki pososi yang tinggi dalam militer Cina.

Ekspedisi pertama Cheng Ho dilakukan pada tahun 1405 M - 1407 M. Sebelum memulai ekspedisinya, rombongan besar itu menunaikan shalat terlebih dulu di sebuah masjid tua di kota Quanzhou (Provinsi Fujian). Pelayaran pertama ini mampu mencapai Caliut, barat daya India dan sampai di wilayah Asia Tenggara: Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Vietnam, Srilangka. Di setiap persinggahan armada itu melakukan transaksi dengan cara barter.

Tahun 1407 M - 1409 M ekspedisi kedua kembali dilakukan, namun Cheng Ho tak ikut memimpin ekspedisi ini, dia tetap di Cina merenovasi masjid di kampung halamannya. Ekspedisi ketiga digelar pada 1409 M - 1411 M menjangkau India dan Srilanka. Tahun 1413 M - 1415 M kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417M - 1419 M) dan keenam (1421 M - 1422 M). Ekspedisi terakhir (1431 M- 1433 M) berhasil mencapai Laut Merah.

Ekspedisi luar biasa itu tercatat dan terekam dalam buku Zheng He's Navigation Map yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan Cina berubah, tidak sekadar bertumpu pada 'Jalur Sutera' antara Beijing-Bukhara.

Tak ada penaklukan dalam ekspedisi itu. Sejarawan Jeanette Mirsky menyatakan, ekspedisi bertujuan untuk memperkenalkan dan mengangkat nama besar Dinasti Ming ke seluruh dunia. Kaisar Zhu Di berharap dengan ekspedisi itu, negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar Cina sebagai The Son of Heaven (Putra Dewata. Tindakan militer hanya diterapkan ketika armada yang dipimpinnya menghadapi para perompak di laut. Cheng Ho tutup usia di Caliut, India ketika hendak pulang dari ekspedisi ketujuh pada 1433 M. Namun, ada pula yang menyatakan dia meninggal setelah sampai di Cina pada 1435. Setiap tahun ekspedisinya selalu dikenang.
( )




Read more!-Read more
Cheng Ho, Pahlawan Budaya
Sumber; Republika Kamis, 06 Maret 2008
Prof Susanto Zuhdi, Sejarawan:
Cheng Ho, Pahlawan Budaya



Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho pada abad ke-15 M dilakukan dengan dua misi, yakni perdagangan dan penyebaran Islam. Saya tak melihat adanya misi penaklukkan dalam ekspedisi yang dilakukan Ceng Ho sebanyak tujuh kali itu. Sebab, sampai sekarang belum ditemukan adanya bekas-bekas kekuasaan Ceng Ho.



Ekspedisi yang dilakukan Ceng Ho ke wilayah Nusantara, khususnya Jawa memang sungguh menarik. Ceng Ho melakukan pendekatan kultural setiap kali mendatangi wilayah yang ditujunya. Sehingga, kedatangannya selalu diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk lokal.

Yang menarik, justru kebudayaan yang dibawa melalui misi ekspedisi Ceng Ho itu diadaptasi masyarakat lokal. Setelah itu, masyarakat mewarnai kebudayaan yang dibawa Ceng Ho itu dengan budaya lokal yang lebih kental. Misalnya saja, di Semarang, sosok laksamana itu menjadi Sam Po Kong. Tak heran, jika kemudian dia dianggap masyarakat lokal sebagai pahlawan.

Menurut saya, Ceng Ho itu semacam pahlawan kebudayaan. Sebab, melalui ekspedisi yang dilakukannya, dia telah membawa semacam semangat persaudaraan antarbangsa. Melalui ekspedisi yang dilakukannya telah terjadi semacam pertemuan budaya. Perjalanan Ceng Ho itu membawa semangat keterbukaan, meski berbeda etnis namun kehediarannya dapat diterima.

Ceng Ho adalah sosok laksamana yang memiliki kepemimpinan yang luar biasa. Dalam setiap ekspedisi yang dipimpinnya, dia bisa memimpin ribuan orang dengan sukses. Kemampuan dalam mengelola dan memimpin ekspedisi besar itu memang sungguh luar biasa.

Ceng Ho bukanlah orang Cina pertama yang datang ke Nusantara. Sebab, pada abad ke-9 M, sudah ada orang-orang Cina yang belajar mengenai agama Budha di Kerajaan Sriwijaya, Palembang. Meski begitu, ada semacam pesan penting yang diambil dari ekspedisi Ceng Ho yang salah satunya datang ke wilayah Nusantara itu.

Pesan penting yang dibawa Ceng Ho bagi bangsa Indonesia adalah semangat kemaritiman. Ekspedisi Ceng Ho mestinya menjadi modal bagi bangsa ini untuk kembali membangkitkan nilai-nilai kemaritiman. Saya melihat ada semacam kejumudan dalam nilai-nilai kemaritiman pada bangsa ini. Semangat kemaritiman tampaknya kini sudah nyaris terlupakan. Padahal, nenek moyang bangsa Indonesia adalah para pelaut dan penjelajah yang tak kalah hebat, jauh sebelum Cheng Ho berekspedisi. Sayangnya, memang perjalanan para pelaut Nusantara tak terlacak, karena tak tercatat. Ekspedisi Ceng Ho ini mestinya membangkitkan kembali semangat kemaritiman bangsa. hri
( )


Read more!-Read more
Laksamana Muslim yang Taat
Sumber; Republika, Kamis, 06 Maret 2008

Laksamana Muslim yang Taat


Sebagai seorang Muslim taat, Ramadhan adalah bulan yang dinanti-natikan kedatangnya oleh Ceng Ho. Dalam sebuah catatan, pada 7 Desember 1411 M sesudah melakukan pelayarannya yang ketiga, Ceng Ho sempat mudik ke kampungnya, Kunyang untuk berziarah ke makam ayahnya. Saat Ramadhan tiba, Cheng Ho memilih berpuasa di kampungnya yang senantiasa semarak.


Dia pun tenggelam dalam kegiatan keagamaan sampai Idul Fitri tiba. Dalam kurun waktu 1405-1433, Cheng Ho memang sempat terdampar di kepulauan Nusantara selama tujuh kali. Ketika berkunjung ke Samudera Pasai, dia menghadiahi lonceng raksasa Cakradonya kepada Sultan Aceh.

Ia juga sempat mampir di Pelabuhan Bintang Mas kini Tanjung Priok. Tahun 1415 M mendarat di Muara Jati (Cirebon). Beberapa cindera mata khas Tiongkok dipersembahkan kepada Sultan Cirebon. Sebuah piring bertuliskan Ayat Kursi saat ini masih tersimpan baik di Kraton Kasepuhan Cirebon.

Ketika menyusuri Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada itu), sakit keras. Sauh segera dilempar di pantai Simongan, Semarang. Mereka tinggal di sebuah goa, sebagian lagi membuat pondokan. Wang yang kini dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang, akhirnya menetap dan menjadi cikal bakal keberadaan warga Tionghoa di sana.

Wang juga mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong), serta membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu. Perjalanan dilanjutkan ke Tuban (Jawa Timur). Kepada warga pribumi, Cheng Ho mengajarkan tatacara pertanian, peternakan, pertukangan, dan perikanan. Hal yang sama juga dilakukan sewaktu singgah di Gresik.

Lawatan dilanjutkan ke Surabaya. Tepat di hari Jumat, dan Cheng Ho mendapat kehormatan menyampaikan khotbah di hadapan warga Surabaya yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Kunjungan dilanjutkan ke Mojokerto yang saat itu menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Di kraton, Raja Majapahit, Wikramawardhana, berkenan mengadakan audiensi dengan rombongan bahariwan Tiongkok ini.

Beberapa sejarawan meyakini bahwa petualang sejati ini sudah menunaikan ibadah haji. Memang tak ada catatan sejarah yang membuktikan itu, tapi pelaksanaan haji kemungkinan dilakukan saat ekspedisi terakhir (1431 M -1433 M). Saat itu rombongannya memang singgah di Jeddah. Menunaikan ibadah haji merupakan impian dan obsesinya. Sampai-sampai ia mengutus Ma Huan pergi ke Mekah agar melukiskan Ka'bah untuknya. hri
( )



Read more!-Read more
Jejak Industri Kertas di Dunia Islam
Sumber; Republika, Senin, 10 Maret 2008

Jejak Industri Kertas di Dunia Islam

Lembaran kertas benar-benar telah mengubah dunia. Kertas telah membuat ilmu pengetahuan dan peradaban manusia berkembang begitu cepat, secepat kilat. Cendekiawan Muslim, Ziauddin Sardar, menyatakan, pembuatan kertas pada masa kejayaan kekhalifan Islam merupakan peristiwa paling revolusioner dalam sejarah manusia.




''Pembuatan kertas juga merupakan tonggak penting dalam sejarah peradaban manusia,'' ungkap Sardar dalam bukunya berjudul Kembali ke Masa Depan. Umat Islam berperan besar dalam proses pembuatan kertas. Bayangkan, jika kertas tak diproduksi umat Islam. Pastilah, ilmu pengetahuan dan teknologi tak berkembang pesat, seperti saat ini.

Meski penggunaan kertas mulai menyusut di era digital ini, namun kertas telah berjasa mengantarkan manusia memasuki zaman cyber. Jauh sebelum kertas ditemukan, manusia kuno mengungkapkan perasaannya di atas batu dan tulang belulang. Menulis di atas batu telah dilakukan bangsa Sumeria sejak 3.000 tahun SM. Orang-orang Chaldea dari Babylonia Kuno menulis di tanah liat.

Bangsa Romawi menggunakan perunggu untuk mencatat. Pada Abad ke-9 SM, buku-buku besar tersusun dari lembaran-lembaran kayu telah dipakai sebelum masa Homer. Masyarakat Mesir kuno, menggunakan papirus untuk menulis dan menggambar. Papyrus sudah menyerupai kertas, dari kata itu pula orang Barat mengenal paper (kertas).

Papirus merupakan tanaman yang tinggi tangkainya mencapai 10 hingga 15 kaki. Tangkainya berbentuk segi tiga secara bersilangan dan di sekeliling dasarnya tumbuh beberapa daun yang berserabut pendek. Kertas orang Mesir (papyrus) itu telah berkembang dengan pesat pada abad ke-3 SM hingga 5 SM. Penggunaan papyrus mulai terkikis ketika bangsa Mesir mulai beralih ke kulit binatang.

Kali pertama, kertas ditemukan di Cina pada era kekuasaan Kaisar Ho-Ti dari Dinasti Han. Konon, menurut sejarah lama Cina, cikal-bakal pembuatan kertas mulai dikembangkan seorang pejabat pemerintah bernama Ts'ai Lun pada tahun 105 M. Meski begitu, banyak pula yang meragukan Ts'ai Lun sebagai penemu kertas.

''Meski dokumen-dokumen sejarah lama Cina secara hati-hati dan eksplisit menyebut Ts'ai Lun sebagai penemu kertas. Namun, pastinya ide dan produk kertas tak muncul secara serta merta,'' papar Sukey Hughes dalam buku Washi The World of Japanese Paper. Terlebih, peradaban Cina sudah mulai mengenal kertas sejak tahun 100 SM. Kertas yang dibuat Tsiau Lun berasal dari kulit pohon murbei.

Selain peradaban Cina, konon bangsa India pun pada tahun 400 M sudah mulai mengenal kertas. Lalu sejak kapan peradaban Islam mulai akrab dengan kertas? Menurut Sardar, pertama kali kertas diperkenalkan ke dunia Islam pada abad ke-8 M di Samarkand, Irak. Teknologi industri kertas mulai berkembang pesat di dunia Islam, setelah terjadinya Pertempuran Talas pada 751 M.

Kaum Muslim berhasil menawan orang Cina yang ulung membuat kertas. ''Para tahanan itu segera diberi fasilitas untuk memperlihatkan keterampilan mereka,'' papar Sardar. Sayangnya, proses pembuatan kertas yang diperkenalkan orang-orang Cina itu tak bisa dilajutkan, lantaran tak ada kulit pohon murbei di negeri Islam.

Para sarjana Muslim pun memutar otak. Sebuah terobosan spektakuler akhirnya tercipta. Mereka memperkenalkan penemuan baru dan inovasi yang mengubah keterampilan membuat kertas menjadi sebuah industri. Kulit pohon murbei diganti dengan pohon linen, kapas, dan serat.

Selain itu, para sarjana Islam pun memperkenalkan bambu yang digunakan untuk mengeringkan lembaran kertas basah dan memindahkan kertas ketika masih lembab. Inovasi lainnnya proses permentasi untuk mempercepat pemotongan linen dan serat dengan menambahkan pemutih atau bahan kimiawi lainnya.

Proses pembuatan kertas juga menggunakan palu penempa besar untuk menggiling bahan-bahan yang akan dihaluskan. Awalnya, proses ini melibatkan para pekerja ahli. Namun, seiring ditemukannya kincir air di Jativa, Spanyol pada 1151 M, palu penempa tak lagi digerakkan tenaga manusia. Sejak itu penggilingan bahan-bahan menggunakan tenaga air.

Tak lama kemudian, orang-orang Muslim memperkenalkan proses pemotongan kertas dengan kanji gandum. Proses ini mampu menghasilkan permukaan kertas yang cocok untuk ditulis dengan tinta. Sejak saat itu, industri kertas menyebar dengan cepat ke negeri-negeri Muslim.

Percetakan kertas pertama di Baghdad didirikan pada tahun 793 M, era Khalifah Harun Al-Rasyid dari Daulah Abbasiyah. Setelah itu, pabrik-pabrik kertas segera bermunculan di Damskus, Tiberia, Tripoli, Kairo, Fez, Sicilia Islam, Jativa, Valencia, dan berbagai belahan dunia Islam lainnya.

Wazir Dinasti Abbasiyah, Ja'far Ibnu Yahya, mulai mengganti parkemen dengan kertas di kantor-kantor pemerintahan. Pada abad ke-10, berdiri pabrik kertas yang mengapung di Sungai Tigris. Kertas pun begitu populer di dunia Islam dari India sampai Spanyol.

Saking populernya kertas, seorang petualang Persia pada 1040 mencatat: Di Kairo para pedagang sayuran dan rempah-rempah sudah menggunakan kertas untuk membungkus semua dagangannya. Padahal, pada saat itu Eropa sama sekali belum mengenal kertas. Eropa yang tengah dicengkram kegelapan masih memakai parkemen.

Orang Barat baru mengenal kertas beberapa ratus tahun setelah orang Muslim menggunakannya. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun pada 1276 M di Fabrino, Italia. Seabad kemudian, berdiri pabrik kertas di Nuremberg Jerman. Barat mempelajari tata cara membuat kertas, setelah Kristen menginvasi Spanyol Islam. Setelah kejayaan Islam redup, Barat akhirnya mendominasi industri kertas.

Kertas dan Revolusi Budaya

''Produksi kertas tak hanya memberi rangsangan luar biasa untuk menuntut ilmu, tetapi membuat harga buku semakin murah dan mudah diperoleh. Hasil akhirnya adalah revolusi budaya,'' cetus Cendekiawan Muslim, Ziauddin Sardar.

Menurut dia, produksi buku dalam skala yang tak pernah terjadi sebelumnya membuat konsep ilmu bertransformasi menjadi sebuah praktik yang benar-benar distributif.

Bermunculannya industri kertas pada era kejayaan Islam juga telah melahirkan sejumlah profesi baru. Salah satunya adalah warraq. Mereka menjual kertas dan berperan sebagai agen. Selain itu, warraqin juga bekerja sebagai penulis yang menyalin berbagai manuskrip yang dipesan para pelanggannya. Mereka juga menjual buku dan membuka toko buku.

Menurut Sardar, sebagai agen, warraqin juga sering membuat sendiri kertas untuk mencetak buku. Sebagai penjual buku, warraqin mengatur segalanya, mulai dari mendirikan kios di pinggir jalan hingga toko-toko besar yang nyaman jauh dari debu-debu pasar. Kios-kios buku itu umumnya berdiri di jantung kota-kota besar, seperti Baghdad, Damskus, kairo, Granada, dan Fez.

Seorang sarjana Muslim, Al-Yaqubi dalam catatannya mengungkapkan pada abad ke-9, di pinggiran kota Baghdad terdapat tak kurang dari 100 kios buku. Di toko-toko buku besar, kerap berlangsung diskusi informal membedah buku. Acara itu dihadiri para penulis dan pemikir terkemuka.

Sardar menuturkan, salah satu toko buku terkemuka dalam sejarah Islam adalah milik Al-Nadim (wafat 990 M). Dia adalah seorang kolektor buku pada abad ke-10. Toko buku Al-Nadim di Baghdad dipenuhi ribuan manuskrip dan dikenal sebagai tempat pertemuan para pemikir, penyair terkemuka pada masanya. Katalog buku-buku yang terdapat di tokonya Al-Fihrist Al-Nadim dilengkapi dengan catatan kritis. Katalog itu dikenal sebagai ensiklopedia kebudayaan Islam abad pertengahan.

Industri penerbitan yang dipelopori warraqin dilakukan dengan sistem kerja sama antara penulis dengan penerbit. Seorang penulis yang ingin menerbitkan bukunya bisa menyampaikan keinginannya secara publik atau menghubungi satu atau dua warraqin. Buku tersebut nantinya akan 'diterbitkan' di sebuah masjid atau di toko buku terkenal.

Selama masa yang ditentukan, setiap harinya penulis buku itu akan mendiktekan isi bukunya. Setiap orang boleh menghadiri acara itu. Biasanya, para pelajar dan sarjana berkerumun menyimak acara penting itu. Para penulis biasanya menegaskan bahwa hanya warraqin saja yang boleh menulis bukunya.

Ketika buku selesai ditulis, manuskrip tangan akan diperiksa dan diperbaiki penulisnya. Setelah sepakat, buku akan diterbitkan dan dijual kepada pembaca. Sesuai kesepakatan, penulis akan mendapat royalti dari warraqin. Tumbuh suburnya industri penerbitan membuat gairah membaca masyarakat Muslim begitu tinggi.

Untuk menampung buku-buku yang terus terbit, dibangunlah perpustakaan-perpustakaan. Salah satu perpustakaan terkemuka adalah Baitul Hikmah yang dibangun Khalifah Harun Al-Rasyid di kota Baghdad.

Perjalanan Industri Kertas

3000 SM: Orang mesir, Romawi dan Yunani kuno menggunakan papirus sebagai media untuk menulis.
105 M: Seorang pejabat Cina bernama Ts'ai Lun dari Dinasti Han pafa masa kepemimpinan Kaisar Ho Ti memproduksi kertas dari kulit pohon murbei. Teknologinya masih sederhana.
400 M: Peradaban India juga sudah mengenal kertas.
610 M: Pembuatan kertas sudah menyebar ke Jepang melalui Korea dari Cina.
751 M: Dunia Islam mulai mengembangkan industri kertas, setelah memenangkan Perang Talas. Pada era itulah industri pertama kertas di dunia dibangun.
900 M: Kertas menyebar ke Mesir menggantikan papirus.
1000 M: Penggunaan kertas menyebar ke Marroko.
1200 M: Industri kertas menyebar ke Spanyol dan Sicilia.
1221 M: Pasukan Kristen menguasai Spanyol Islam dan mulai belajar membuat kertas.
1300 M: Orang-orang Italia memperbaiki teknik membuat kertas yang dikembangkan Arab.
1400 M: Arab mengekspor kertas ke Eropa.
1450-55: Johann Gutenberg mencetak bible.
1491 M: Orang Polandia mulai membuat kertas.
1567 M: Rusia memproduksi kertas.
1690 M: William Rittenhouse memproduksi kertas di Philadelphia, AS.
1854 M: Formula bubur kertas (pulp) dipatenkan.
1860 M: Bubur kertas kain diganti dengan bubur kertas kayu.
(heri ruslan )



Read more!-Read more
Teknologi Militer Kekhalifahan Usmani
Sumber Republika, Rabu, 12 Maret 2008 14:55:00
Teknologi Militer Kekhalifahan Usmani

Tak lama setelah memproklamirkan kedaulatannya sekitar tahun 1300 M, Kekhalifahan Usmani kian memperluas cengkraman kekuasaannya ke seantero jagad. Eropa pun berhasil ditaklukkan kerajaan yang awalnya berpusat di baratlaut Anatolia itu. Kesuksesan Usmani menguasai wilayah yang begitu luas ditopang teknologi militer modern dan tercanggih di zamannya.



Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II, Kerajaan Usmani sudah mulai mengembangkan senjata meriam. Teknologi meriam yang dikembangkan pada era kejayaan Usmani tersebut terbilang paling mutakhir. Senjata meriamnya sudah bisa dibagi menjadi dua bagian. Sehingga, memudahkan saat di bawa ke medan perang.

Pada abad ke-15 hingga 16 M, negaranegara Eropa belum memiliki meriam secanggih itu. Meriam berukuran besar itu secara khusus diciptakan pada 1464 M atas pesanan Sultan Mehmet II. Sang Penakluk - begitu Sultan Muhammad II dijuluki - sengaja memesan meriam berukuran raksasa yang belum ada sebelumnya.

Berat meriam raksasa yang dikenal dengan Meriam Mehmed II itu mencapai 18 ton. Panjangnya sekitar 5,23 meter dan diameternya mencapai 0,635 meter. Panjang laranya mencapai 3,15 meter dan tempat mesiunya berdiameter 0,248 meter. Selain itu, pasukan artileri (bagian meriam) yang dimiliki Sultan Muhammad juga diperkuat oleh sederet desainer dan insinyur yang mumpuni di bidang teknologi persenjataan. Beberapa ahli meriam yang termasyhur yang bergabung dalam tim artileri itu antara lain, Saruca Usta dan Muslihiddni Usta.

Tak sedikit pula non-Muslim bergabung dalam kelompok artileri. Mereka adalah orang-orang miskin yang tak puas dengan kebijakan Bizantium. Saat menaklukkan Konstantinopel, — ibu kota Bizantium — pasukan tentara Usmani mengepung dan menjebol benteng pertahanan musuh dengan meriam tercanggih, di zamannya.

Senjata meriam raksasa yang diciptakan pada masa kejayaan Daulah Usmani itu memiliki daya jangkau dan daya ledak yang terbilang luar biasa. Dalam Pertempuran Dardanelles, meriam itu mampu menenggelamkan enam kapal Sir John Ducksworth. Jangkauan Meriam Mehmet II mampu melintasi selat sejauh satu mil.

Meriam raksasa itu kini berada di Fort Nelson Museum. Konon, meriam itu dihadiahkan Sultan Abdulaziz kepada Ratu Victoria sebagai hadiah. Pada saat berkuasa Sultan Abdulaziz sempat diundang oleh Ratu Victoria. Setahun kemudian, meriam bersejarah itu pun dihibahkan kepada sang ratu.

Para sarjana Islam menemukan dan mengembangkan bubuk mesiu serta senjata peledak mulai awal abad ke-12. Pengembangan teknologi senjata itu dilakukan menyusul terjadinya Perang Salib I. Saat itu umat Islam terutama Turki berperang melawan pasukan tentara Salib (crusader).

Pengembangan senjata berdaya ledak serta bubuk mesiu dikembangkan di Syria, khususnya Damaskus. Pemerintahan
Turki yang menguasai wilayah itu banyak mendirikan sekolah. Para sarjana Islam pun bergelut menciptakan bubuk mesiu sebagai bahan peledak untuk roket.

Dalam kitabnya berjudul Kitab alfurusiya val-muhasab al-harbiyaI dan Niyahat al-su’ul val-ummiya fi ta’allum a’mal al-furusiya, insinyur Islam, Hasan ar-Rammah Najm al-Din al-Ahdab, pada abad ke-13 M, merumuskan dan menciptakan bubuk mesiu, persenjataan. Selain itu, untuk pertama kalinya, Hasan ar- Rammah mengungkapkan tentang torpedo yang digerakkan sistem roket.

Dalam kitab yang ditulis pada tahun 1275, Hasan ar-Rammah, mengilustrasikan sebuah torpedo yang diluncurkan sebuah roket yang berisi bahan peledak. Selain itu, umat Islam juga memiliki buku tentang persenjataan dan militer penting lainnya, seperti Kitab anåq fi’l-manajniq yang khusus ditulis untuk Ibnu Aranbugha Al-ZardkÉsh, komandan pasukan Ayyubiyah. Namun, penulis kitab itu tak dikenal.

Buku tentang persenjataan lainnya yang ditulis sarjana Islam adalah Kitab al-hiyal fi’l-hurub ve fath almada’in hifz al-durub (roket, bom, dan panah api) ditulis oleh Komandan Turki Alaaddin Tayboga Al-Umari Al-Saki Al-Meliki Al- Nasir. Kitab lainnya yang mengupas tentang roket ditulis Ibnu Arabbugha berjudul KitabÅl anik fil manajik kitabÅl hiyal fil hurub fi fath.

Barat juga kerap mengklaim bahwa roda terbang atau
mesin terbang pertama kali diciptakan Leonardo da Vinci. Sesungguhnya, da Vinci itu banyak terpengaruh oleh karya-karya sarjana Islam bernama Al-Hazen. Selain itu, yang patut diketahui umat Islam adalah tulisan tangan karya-karya insinyur Islam bernama Ahmad bin Musa masih berada di perpustakaan Vatikan.

Peradaban Islam-Turki tercatat sebagai perintis dunia penerbangan jauh sebelum dunia Kristen-Eropa. Seorang sajana Turki bernama Sayram telah meneliti hubungan antara permukaan sayap burung dengan berat badannya untuk menemukan sebab-sebab burung bisa terbang. Penemuan itu membuat horizon baru dalam bidang aerodinamis.

Upaya penerbangan yang paling menarik dilakukan dua ilmuwan Muslim Turki, Hazarfan Ahmed Celebi dan Lagarå
Hasan Celebi pada tahun 1630 M-1632 M pada masa pemerintahan Sultan Murad IV. Evliya Celebi yang menyaksikan peristiwa bersejarah dalam dunia teknologi Islam itu menuturkan kesaksiannya.

‘’Hazarfan Ahmed Celebi, pertama kali mencoba terbang sebanyak delapan atau sembilan kali dengan sayap elang menggunakan tenaga angin,’’ ujar Evliya Celebi dalam buku catatan perjalannya yang masih tersimpan di Perpustakaan Istanbul.

Sultan Murad Han menyaksikan uji coba terbang itu dari bangunan besar bernama Sinan Pasha di Sarayburnu. Hazarfan Ahmed Celebi terbang dari puncak menara Galata dan mendarat di Dogancilar Square yang terletak di Uskudar dengan bantuan angin dari arah barat daya. Atas prestasinya itu, Sultan menghadiahinya koin emas.

‘’Hazerpan Ahmed Celebi telah membuka era baru dalam sejarah penerbangan,’’ papar Sultan Murad. Insinyur
sekaligus penerbang. Lagarå Hasan Celebi, juga tercatat terbang dengan menggunakan tujuh sayap roket dan mendarat dengan selamat di laut. Sosok Lagarå Hasan Celebi itu sangat patut mendapat tempat khusus dalam
sejarah penerbangan.

Tangguh di Darat, Kuat di Laut

Hegemoni Kesultanan Usmani semakin menggurita tatkala Konstantinopel — ibu kota Kekaisaran Bizantium — pada 1453 M berhasil ditundukkan. Sejak itu, pemerintahan Usmani pun mengembangkan Istanbul (kota Islam) menjadi pusat pelayaran. Sultan Muhammad II pun menetapkan lautan dalam Golden Horn sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim. Dia menitahkan komandan angkatan laut, Hamza Pasha, untuk membangun industri dan gudang persenjataan laut. Tak hanya itu, pemerintahan Ottoman juga berhasil membangun sebuah kapal di Gallipoli Maritime Arsenal. Di bawah komando Gedik Ahmed Pasha (1480 M), Daulah Usmani membangun basis kekuatan lautnya di Istanbul. Tak heran, jika marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.

Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512-1520), pusat persenjataan maritim di Istanbul dimodifikasi. Salim I berambisi untuk menciptakan Daulah Usmani yang tak hanya tanggung di darat, tapi juga kuat di lautan. Selain mengembangkan Pusat persenjataan Maritim Istanbul, Sultan juga memerintahkan membangun kapal laut yang besar.

Tak heran, jika Salim I kerap berseloroh, ‘’Jika scorpions (Kristen) menempati laut dengan kapalnya, jika bendera Paus dan raja-raja Prancis serta Spanyol berkibar di Pantai Trace, itu semata-mata karena toleransi kami.’’

Salim I bertekad memiliki angkatan laut yang besar dan kuat untuk menguasai lautan. Pembangunan dan perluasan pusat persenjataan maritim pun akhirnya dilakukan dari Galata sampai ke Sungai Kagithane River dibawah pengawasan Laksamana Cafer dan tuntas pada 1515 M. Total dana yang dikucurkan untuk pembangunan pusat pertahanan dan persenjataan bahari itu menghabiskan 50 ribu koin. Sebanyak 150 unit kapal dibangun.

Dilengkapi dengan kapal laut terbesar di dunia, pada abad ke-16 M, Turki Usmani telah menguasai Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera Hindia. Tak heran, bila kemudian Daulah Usmani kerap disebut sebagai kerajaan yang bermarkas di atas kapal laut.

Sultan Selim I mulai kembali melirik pentingnya membangun kekuatan di lautan setelah kembali dari Mesir. Sebelumnya, kekuasaan Usmani Turki telah menguasai pelabuhan penting di Timur Mediterania, seperti Syiria dan Mesir. Pembangunan pelabuhan dan pusat persenjataan maritim terus dikembangkan oleh sultansultan berikutnya. Pada masa kejayaannya, Turki Usmani sempat menjadi Adikuasa yang disegani bangsabangsa di dunia baik di darat maupun di laut.


Bisnis Senjata di Era Usmani

Berniaga tak mengenal batas, begitu kata pepatah. Sekalipun Daulah Usmani bersitegang dan bermusuhan dengan Eropa, namun aktivitas perdagangan tak lantas berhenti. Pada era itu, perdagangan senjata di pasar gelap antara Turki dan Eropa masih terus berlangsung.

Padahal, penguasa di benua Eropa termasuk Paus melarang warganya untuk berbisnis dengan Usmani Turki. Larangan itu diberlakukan Paus Gregory XI pada 15 Mei 1373 M. Pada pertengahan abad ke-14, persenjataan mulai berkembang ke negara-negara Eropa, sebagai teknologi militer baru. Namun, kala itu bisnis persenjataan belum begitu pesat.

Selain melarang berbisnis senjata dengan Daulah Usmani, Paus juga tak mengizinkan umat Kristiani untuk membeli kuda, besi, tembaga, dan barang-barang lainnya. Larangan berbisnis dengan Kesultanan Usmani diterapkan beberapa negara melalui undang-undang.

Larangan itu tak berdampak besar bagi Kerajaan Ottoman. Turki Usmani masih dengan mudah bisa memperoleh munisi. Daulah Usmani tetap bisa memperoleh pasokan baja dan amunisi untuk kebutuhan militer dari Dubrovnik, Florence, Venicia, dan Genoa pada abad ke-14 M hingga 16 M. Bahkan, dua kota di Italia, Venicia dan Genoa hidup dari perdagangan.
( heri ruslan)



Read more!-Read more